1. Arti tes
Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan tes yang berarti ujian atau percobaan. Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi, test adalah alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan menurut F.L. Geodenough, test adalah suatu rangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan kecapan antara satu dengan yang lain. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa test adalah cara yang dapat digunakan atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian yang dapat berbetuk pemberian tugas, atau serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan nilai yang dapat melambangkan prestasi.
2. Macam-macam tes
a. Berdasarkan Fungsinya
1) Tes seleksi (ujian masuk).
2) Tes awal (mengetahui penguasaan siswa terhadap suatu materi pada awal pembelajaran/ pre tes).
3) Tes akhir (post test).
4) Tes diagnostik (mengetahui secara tetap kesukaran yang dihadapi peserta didik dalam suatu mata pelajaran).
5) Tes formatif (mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah pembelajaran dalam waktu tertentu).
6) Tes sumatif (tes yang diberikan setelah sekumpulan satuan pelajaran telah diberikan).
b. Berdasarkan Banyaknya Orang Yang Mengikuti Tes
1) Tes individual (tester berhadapan dengan 1 orang testee saja).
2) Tes kelompok (tester berhadapan lebih dari satu orang testee)
c. Berdasarkan Cara Menjawabnya
1) Tes tertulis(pertanyaan/soal tertulis dan cara menjawabnyapun secara tertulis).
2) Tes lisan (pertanyaan/soal lisan dan cara menjawabnyapun secara lisan).
3. Bentuk-bentuk tes serta kebaikan dan keburukannya
a. Tes subjektift
Yang pada umumnya berbentuk essay (uraian). Tes bentuk essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertannyaannya didahului dengan kata-kata sepereti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
1) Kebaikan-kebaikannya:
a) Mudah disisapkan dan disusun
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan
c) Mendorong siswa untuk brani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
2) keburukan-keburukannya:
a) Kadar validitar dan reabilitas rendah kerena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
b. Tes objektif
Adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essay.
1). Kebaikan-kebaikannya:
a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih reprentatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun dari segi guru yang memeriksa.
b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan hasil teknologi.
c) Pemeriksaannya dapat diserahkan oleh orang lain.
d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi
2) kelemahan-kelemahannya:
a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes essay karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b) Soal-soalnya cendrung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c) Banyak kesempatan main untung-untungan.
d) “kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
B. Syarat-Syarat Menyusun Tes Objektif
Dengan tujuan agar tes objektif betul-betul dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar, maka peunjuk operasional berikut ini kiranya akan dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir item tes objektif.
Pertama, untuk dapat menyusun butir-butir soal tes objektif yang bermutu tinggi, pembuat soal tes harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dari waktu ke waktu ia akan dapat merancang dan menyusun butir-butir soal tes objektif dengan lebih baik dan sempurna.
Kedua, setiap kali alat pengukuran hasil belajar berupa tes objektif itu selesai dipergunakan, hendaknya dilakukan penganalisaan item, dengan tujuan dapat mengidentifikasi butir-butir item mana yang sudah termasuk dalam kategori “baik” dan butir-butir item mana yang masih termasuk dalam kategori “kurang baik” dan “tidak baik”.
Ketiga, dalam rangka mencegah timbulnya permainan spekulasi dan kerja sama yang tidak sehat dikalangan testee, perludisiapkan terlebih dahulu suatu norma yang memperhitungkan faktor tebakan.
Keempat, agar tes objektif disamping mengungkap aspek ingatan atau hafalan juga dapat mengungkap aspek-aspek berpikir yang lebih dalam, maka dalam merancang dan menyusun butir-butir item tes objektif hendaknya tester menggunakan alat bantu berupa tabel sepsifikasi soal yang sering dikenal dengan istilah kisi-kisi soal.
Kelima, dalam menyusun kalimat soal-soal tes objektiof, bahasa atau istilah-istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas dan mudah dipahami oleh testee.
Keenam, untuk mencegah terjadinya silang pendapat atau perdebatan antara testee dan teser, dalam menyusun butir-butir soal tes objektif hendaknya diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir-butir yang dapat menghasilkan penafsiran ganda atau kerancuan dalam pemberian jawaban.
Ketujuh, cara mengenal atau memutus kalimat, membutuhkan tanda-tanda baca seperti titik, koma dan sebagainya, penulisan tanda aljabar seperti kuadrat, akar dan sebagainya hendaknya ditulis secara benar, sehingga tidak mengganggu konsentrasi testee dalam menjawab soal.
Kedelapan, hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan tegas, sehingga testee dapat bekerja sesuai dengan petunjuk atau perintah yang telah ditentukan.
C. Tipe-Tipe Hasil Belajar Kognitif
Aspek kognitif (penguasaan intelektual)
Manusia dipandang sebagai makhluk sempurna yang telah beri akal,
dengan akal ini manusia mampu menelaah berbagai kejadian atau peristiwa
sehingga akan lebih mudah membawa arus ke jenjang pendidikan yang
dimaksud. Aspek kognitif dalam proses belajar mengajar selalu ada, hal ini dapat
ketahui dikarenakan dalam dalam belajar anak didik diharapkan mampu
menghafal berbagai konsep teoritis yang disampaikan oleh guru, sebagai
pendidik guru menanamkan ilmu dan selanjutnya agar anak didik dapat
merealisasikan konsep-konsep teoritis itu dalam bentuk praktek nyata.
Selama proses belajar mengajar siswa menerima mata pelajaran yang
berbeda-beda yang kesemuanya perlu dihafal oleh siswa, guru dapat
mengetahui sejauh mana penyerapan anak didik terhadap mata pelajaran yang
telah diterimanya yaitu dengan penyerapan anak didik untuk mengulang
kembali atas daya hafalnya bidang kognitif.
Tipe-tipe hasil belajar kognitif terbagi menjadi 6 poin, yaitu:
1. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.
2. Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep
3. Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.
4. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .
5. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
6. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
D. Model-Model Tes Pilihan Ganda dan Essay
Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes objektif pilihan ganda (multiple choice item) dapat dibedakan menjadi beberapa model, yaitu:
1. Model melengkapi lima pilhan
Tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini pada umumnya terdiri atas: kalimat pokok (=item) yang berupa pernyataan yang belum lengkap, diikuti oleh lima kemungkinan jawab (alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut. Tugas testee disini ialah: memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawab tersebut, yang menurut keyakinan testee adalah paling tepat (=merupakan jawaban yang benar). Dengan demikian, pada tes objektif bentuk multiple choice item model melengkapi lima pilihan ini, hanya akan kita jumpai satu jawaban yang benar.
Contoh:
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan jalan membubuhkan tanda silang (X) pada huruf abjad A, B, C,D atau E.
Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan atau zaman keemasan pada masa pemerintahan
A. Umar bin Abdul Aziz
B. Utsman bin Affan
C. Yazid bin Mu’awiyah
D. Harun al-Rasyid
E. Al-Ma’mun (Kunci: D)
2. Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model asosiasi dengan lima atau empat pilihan ini terdiri dari lima atau empat judul/istilah/ pengertian, yang diberi tanda huruf abjad didepannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Untuk tiap pernyataan tersebut testee diminta memilih salah satu judul/istilah/ pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah paling cocok (paling benar).
Contoh:
Untuk butir soal nomor 1 sampai dengan 5 berikut ini, cocokkanlah istilah yang terdapat di belakang huruf abjad, dengan pernyataan yang terdapat pada masing-masing soal:
A. Dzalim B. Fasiq C. Kafir D. Murtad E. Riya
Soal:
1. Orang yang tidak mengakui adanya Allah.
2. Orang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.
3. Orang yang keluar dari agama Islam.
4. Orang yang tahu aturan dan kewajiban, tetapi tidak mau melakukannya.
5. Suka pamer dan ingin dipuji orang.
3. Model melengakapi berganda
Butir soal sejenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice item model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak (belum) lengkap, diikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban (bisa merupakan lima pernyataan dan bisa pula merupakan empat pernyataan). Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betulnya bisa satu, dua, tiga, atau empat.
Contoh:
Tulislah:
A. Bila (1), (2) dan (3) betul.
B. Bila (1) dan (3) betul.
C. Bila (2) dan (4) betul.
D. Bila hanya (4) yang betul.
E. Bila semuanya betul.
4. Model analasis hubungan antar hal
Tes Obyektif bentuk multiple choice item biasanya terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh satu kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan, apakah pernyataan itu betul, dan apakah keterangan itu juga betul. Jika pernyataan dan keterangan itu betul, testee harus memikirkan, apakah pernyataan itu disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah pernyataan itu tidak disebabkan oleh keterangan tersebut?
Contoh:
Soal nomor 1 sampai dengan 3 berikut ini terdiri atas tiga bagian, yakni: Pernyataan, Sebab dan Alasan, yang disusun secara berurutan.
Pilihlah:
A. Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL dan keduanya menunjukkan HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
B. Jika Pernyataan BETUL, Alasan BETUL, tetapi keduanya TIDAK MENUNJUKKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT.
C. Jika Pernyataan BETUL dan Alasan SALAH
D. Jika Pernyataan SALAH dan Alasan BETUL.
E. Jika Pernyataan SALAH dan Alasan Salah.
Soal:
1. Diantara syarat-syarat wajib haji adalah Islam.
SEBAB
Tidak wajib bahkan tidak akan sah jika haji orang kafir.
5. Model analisis kasus
Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya. Jadi seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, kepada testee ditanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban-jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.
Contoh:
Ikutilah kasus di bawah ini dan pilihlah jawaban yang tepat untuk soal-soal berikut ini:
Dalam usahanya untuk menyebarluaskan agama Islam sebagai agama wahyu, Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya dari lingkup kecil menuju jangkauan yang luas. Dimulai dari keluarga, kerabat dan seterusnya, menyebar kepada masyarakat luas.
Hal ini beliau lakukan dengan penuh kesabaran dan keuletan, meskipun dihadapannya terbentang tantangan dan kendala yang datang dari masyarakat Quraisy. Kemudian detelah beberapa cobaan datang dan risiko menimpa diri Nabi, serta dirasa dijadikan pusat pemerintahan dan daerah penyebaran Islam, maka Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya hijrah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang komplek, terdiri atas golongan mukmin, Yahudi, Nasrani dan sebagian kafir dzimny. Di tengah-tengah masyarakat yang demikian ini ternyata Islam dapat berkembangan dengan pesat, bahkan dapat berdiri suatu Negara dan pemerintahan Islam. Diantara mereka dibuat suatu perjanjian untuk bersama-sama membangun negeri Madinah, dan kepada kafir dzimny Nabi memberi kebebasan untuk tetap tinggal di sana; mereka dikenakan semacam pajak yang disebut ji’zah.
Soal:
Dari uraian di atas dapatlah ditarik pengeritan, bahwa:
A. Agama Islam itu memandang sama antara mukmin dengan orang kafir.
B. Orang kafir dzimny itu bukanlah termasuk musuh Islam.
C. Agama Islam dapat berkembang pesat karena adanya dukungan kafir dzimny.
D. Sejak dahulu Islam telah menekankan prinsip-prinsip toleransi dan kerjasama.
E. Antara agama Nasrani, Yahudi dan Islam pada dasarnya tidak berbeda.
6. Model hal kecuali
Model “Hal Kecuali” ini dikembangkan atas dasar Asosiasi Positif dan Asosiasi Negatif secara serempak.
Jika model semacam ini digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada kolom sebelah kiri dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A, B dan C); sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan (yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5), dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada di sebelah kiri.
Jawaban yang dikehendaki oleh tester ialah, agar testee menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan hal dan keadaan itu. Jadi, disini testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu: 1 huruf abjad dan 1 nomor.
Contoh:
Untuk soal di bawah ini anda diminta dua jawaban. Pada kolom sebelah kiri terdapat tiga macam kategori, sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima macam hal, dimana empat diantaranya berhubungan erat dengan salah satu kategori di kolom sebelah kiri.
Pilihlah:
Kategori manakah yang berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan pilihlah hal yang tidak termasuk kelompok hal dimaksud di atas!
Soal:
A. Kriteria untuk menjadi Khalifah 1. Shiddiq
dalam pemerintahan Islam. 2. Amanah
B. Sifat-sifat orang yang sombong. 3. Khianat
C. Sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul. 4. Tabligh
5. Fathanah
(Kunci: C.3)
7. Model hubungan dinamik
Tes Obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik ini adalah salah satu jenis tes objektif bentuk pilihan ganda, yang menuntut kepada testee untuk memiliki bekal pengertian atau pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungan dinamik.
Dalam praktek model ini lebih sesuai diterapkan pada tes hasil belajar yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran eksakta, seperti: Fisika, Kimia, Biologi dan sebagainya.
Contoh:
Pilihlah:
A. Jika (1) naik maka (2) naik.
Jika (1) turun maka (2) turun.
B. Jika (1) naik maka (2) turun.
Jika (1) turun maka (2) naik.
C. Jika perubahan pada (1) tidak mempengaruhi (2).
Soal:
1. (1) Volume urine.
(2) Berat jenis urine.
2. (1) Kadar protein plasma.
(2) Tekanan koloid osmotic plasma.
(Kunci: 1.C 2.A)
8. Model perbandingan kuantitatif
Pada model perbandingan kuantitatif ini, yang perlu ditanyakan kepada testee adalah hafalan kuantitatif yang sifatnya fundamental dan dikemudian hari perlu hafal di luar kepala, didalam profesinya tanpa melihat buku, daftar atau tabel.
Contoh:
Petunjuk:
Di bawah ini terdapat beberapa soal mengenai perbandingan.
Tulislah:
A. Jika (1) lebih besar daripada (1)
B. Jika (1) lebih kecil daripada (2)
C. Jika keduanya sama besar atau hamper sama besar.
Soal:
1. (1) Berat Jenis Bensin
(2) Berat Jenis Air
2. (1) Pulai Irian
(2) Pulau Kalimantan
(Kunci: 1.B 2.A)
9. Model pemakaean diagram, grafik, peta atau gambar.
Pada tes objektif bentuk multiple choice item model ini, terdapat gambar/diagram/grafik/peta yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, D dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang sifat/keadaan/hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.
Contoh:
Di bawah ini adalah peta benua Afrika, dimana pada bagian Utara benua tersebut terdapat beberapa Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Menurut Suherman, E (1993), ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Tes essay (uraian) berstruktur
Tes essay bentuk ini disajikan secara terinci menjadi sub-sub masalah yang sifatnya saling menunjang. Soal, biasanya disusun dari hal yang elementer menuju pada hal yang sifatnya lebih kompleks.
Contoh:
Diketahui fungsi f dengan rumus fungsi
f(x) = 2×2 + 11x – 21
Tentukan: :
a. Syarat agar fungsi memotong sumbu X
c. Titik potong dengan sumbu X
d. Syarat agar fungsi memotong sumbu Y
e. Titik potong dengan sumbu Y
f. Persamaan sumbu simetrinya
g. Titik balik fungsi
h. Gambar sketsa grafiknya
2. Tes essay (uraian) bebas
Tes essay bentuk ini disajikan secara global, tidak terinci. Dalam menjawabnya siswa diperbolehkan mengerjakan bagian jawaban soal itu secara bebas, asal masalah yang ditanyakan dapat dijawab secara benar. Soal yang hanya terdiri dari satu masalah bisa tergolong pada Tes essay bentuk bebas
Contoh:
Gambar sketsa grafik fungsi f dengan rumus fungsi
f(x) = 2×2 + 11x – 21
Pada soal tersebut, siswa bisa mengerjakannya secara langsung dengan menggunakan percobaan titik-titik sampel atau dengan cara-cara yang lain.
E. Cara-Cara Menskor Soal-Soal Essay dan Tes Objektif
Sebelum menyusun sebuah tes essay sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, maka akan mempermudah kita dalam pekerjaan mengoreksi tes itu.
Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk essay ini. Jawaban yang kita peroleh akan sangat beranekaragam, berada dari siswa satu kesiswa lain. Untuk menentukan standar lebih dahulu, tentulah sukar. Ada sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan memberi angka tes bentuk essay. Saran tersebut adalah sebagai berikut.
1. Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
2. Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap diberi angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya sampai kepada jawaban yang paling minim jika jawabannya meleset sama sekali. Dalam menentukan angka pada hal yang terakhir ini umumnya kita perlu berpikir tidak ada unsur tebakan. Dengan demikian maka ada dua pendapat, satu pendapat menentukan angka 1 atau 2 bagi jawaban yang salah, tetapi pendapoat lain menentukan angka 0 untuk jawaban itu. Tentu saja bagi jawaban yang kosong (tidak ada jawaban yang sama sekali), jelas kita berikan angka 0.
3. Memberikan angka babi soal pertama.
4. Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.
5. Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat, dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka.
6. Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk essay.
Pada tes objektif, untuk memberikan skor umumnya diberikan rumus correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah sistem denda.
Untuk tes objektif bentuk truue-false misalnya, setiap item diberikan sekor maksimum 1 (satu). Apa bila sesorang testee menjawab betul satu itemsesuai dengan kunci jawaban, maka kepadanya diberikan sekor 1. Apabila dijawab salah maka sekornya 0 (nihil).
Adapun cara menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk truue-flase, dapat digunakan dua macam rumus, yaitu: (1) rumus yang memperhitungkan denda, dan (2) rumus yang mengabaikan atau meniadakan denda. Penggunaan rumus-rumus itu sepenuuhnya diserakhan kepada kebijaksanaan tester, apakah dalam tes hasil belajar tersebut kepada tesee akan dikenai denda (bagi jawaban yang salah), ataukah tidak.
Rumus skor akhir dengan memperhitungkan denda adalah sebagai berikut:
R − W
S =
n – 1
Di mana:
S = Skor yang sedang dicari.
R = Jumlah jawaban yang betul, yaitu jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban (R adalah singkatan dari Right= Betul).
W = Jumlah jawaban yang salah, yaitu jumlah jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban (W adalah singkatan dari Wrong= Salah).
n = Banyaknya pilihan jawaban.
1 = Bilangan konstanta.
Adapun rumus skor akhir yang tidak memperhitungkan denda adalah sebagai berikut:
S = R
Di mana:
S = Skor yang sedang dicari.
R = Jumlah jawaban yang betul.