teknik Inspeksi

Yang dimaksud teknik Inspeksi dalam hal ini adalah suatu cara atau metode melakukan pemeriksanaan kondisi teknis peralatan kerja agar alat kerja tersebut dapat dioperasikan secara efisien dan aman (tidak membahayakan).
Masalah inspeksi dalam pelaksanaannya akan menyangkut berbagai aspek, di mana aspek yang satu sama lain saling berkaitan. Aspek-aspek tersebut antara lain :
• Alat (equipment) apa yang akan diinspeksi
• mengapa alat tersebut diinspeksi
• oleh siapa alat itu diinspeksi
• dengan alat apa alat itu diinspeksi
• bagaimana syarat-syarat hasil inspeksi harus dipenuhi (targetnya sampai dimana)
• fasilitas apa yang diperlukan dalam pelaksanaan inspeksi
• standar apa yang dipakai untuk pedoman pelaksanaan inspeksi
• bagaimana yang harus dilakukan inspeksi pada alat tesebut
• data teknis apa saja yang harus dihasilkan setelah pelaksanaan inspeksi
• dan lain-lain
Segala langkah pelaksanaan inspeksi harus dilakukan berdasarkan pedoman pelaksanaan yang telah saling disetujui oleh berbagai fihak. Di antaranya OWNER perusahaan pelaksana jasa inspeksi dan inspektor dari instansi pemerintah. Untuk itu maka dipakailah buku-buku standar internasional seperti ASME, AWS, ASTM, API, JIS, SNI dan sebagainya.

Tahap-tahap inspeksi :

Pekerjaan inspeksi harus dilakukan mulai dari tahap planing (desain) sampai saat operasi hingga pemeliharaannya.
Desain konstruksi harus diperiksa dengan cermat, untuk ini tim engineering akan melibatkan beberapa disiplin ilmu pengetahuan agar masing-masing bekerja sesuai dengan bidangnya. Dengan cara ini tentu saja akan mengurangi terjadinya kekurangsempurnaan konstruksi.
Pada proses pembuatan, inspektor harus memberikan pengarahan yang positif agar dihasilkan konstruksi yang memenuhi syarat teknis dan ekonomis. Selama konstruksi tersebut dioperasikan, inspektor melakukan pemeriksaan kondisi teknis dan kondisi operasi konstruksi serta menyusun data rekord untuk dipakai sebagai sumber informasi pada saat mendatang (berikutnya). Data record (history file) tersebut akan sangat membantu untuk penyusunan program maintenance selanjutnya.

Perencanaan Inspeksi :

Sebelum kegiatan inspeksi dilaksanakan, semua pihak yang bersangkutan sedini mungkin harus diberi tahu masalah rencana kerja inspeksi (time schedule) agar dapat mempersiapkan segala sarana untuk menunjang pelaksanaan inspeksi/pemeriksaan.
Di sini inspektor harus memberikan pengarahan tentang cara-cara pengesetan dan hambatan-hambatan yang mungkin timbul serta cara penanggulangannya. Bila terjadi hambatan/trouble penyimpangan dari dokumen tender, harus segera diadakan pertemuan antar owner, kontraktor dan inspektur agar semua pihak ada kesepakatan pendapat dalam mengatasi problem tersebut. Segala perubatan yang telah disepakati bersama harus disimpulkan dan ditandatangani bersama, lalu didokumentasikan dalam buku pelaksanaan proyek. Inpektor dalam melaksanakan tugasnya akan melakukan pekerjaannya dengan requirement/inspecgtion guidance yang tercantum gambar-gambar yang memberikan pengarahan bagi seorang inspektor tentang bagian-bagian mana saja yang harus diinspeksi dan dengan metode apa inspeksi harus dilakukan.
Hambatan yang mungkin timbul di lapangan biasanya masalah hubungan antara manusia-manusianya. Maka untuk kasus ini, inspektor harus membina kerja sama yang harmonis dan komunikatif dengan lingkungannya.

Inspection Recording :

Hasil-hasil inspeksi ini akan digunakan terutama bila ada trouble, maka data hasil inspeksi harus dibuat lengkap, jelas dan terperinci.
Data-data tersebut di atantaranya :
1. Tanggal pelaksanaan inspeksi
2. Tenaga pelaksana inspeksi
3. Alat yang dipakai dalam inspeksi
4. Nama jenis alat yang diinspeksi
5. Kode bagian/joint yang diinspeksi
6. Rekomendasi inspeksi
7. Standar yang dipakai sebagai pedoman pelaksanaan inspeksi
Data-data tersebut harus dikirim ke owner / user dan juga ke instansi pemerintah yang berwenang (Ditjen Migas / Depnaker). Data-data file ini akan sangat diperlukan pada pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan, bahkan mungkin untuk data penunjang dalam proses engineering, tergantung dari data yang diperlukan.

ALAT-ALAT INSPEKSI DAN TATA-DATA INSPEKSI

Non Distructive Test (NDT)
NO Data yang dihasilkan Alat inspeksi yang digunakan
1 Ketebalan material
– Ultrasonic Thickness meter
– Eddy current
– Micro Meter
– Jangka sorong, mistar

2 Cacat bahan dan cacat deposit las
– Ultrasonic flaw detector
– Radiografi inspection equipment
– Dye penetrant
– Magnetic particle
– Eddy current

3 Letak cacat dan dimensi cacat – Ultrasonic test
– Radiografi test
– Crack depth meter
– Magnetic particle

4 Tebal coating
– Eddy current test

5 Komposisi bahan
– Alloy analyzer

6 Kekerasan material
– Hardness tester

7 Kekerasan permukaan bahan
– Surface recorder
– Surface test

8 Kebocoran gas
– Leakage detector

9 Kebocoran uap
– Leakage detector
– Cermin
– Visual

10 Lokasi logam
– Ferro detector

11 Corrosion rate
– Corrosometer / electric resistance

12 Kondisi permukaan
– Roughness test
– Borroscope

Metode Inspeksi :
Metode inspeksi dapat dilakukan dengan cara :
1. Non Distructive Test (NDT)
2. Distructive Test (DT)
Non Distructive Test (NDT)
Tujuan dari inspeksi NDT adalah untuk mengetahui mutu bahan atau barang sesuai atau tidak sesuai dengan mutu yang disyaratkan dalam standar. Bahan atau barang yang memenuhi syarat-syarat standar adalah harus mulus. Kata mulus di sini berarti luas, yaitu mulus keadaan luarnya, mulus ukurannya, mulus bahannya, mulus segala sesuatunya sehingga dapat dikatakan memenuhi standar.

Metode NDT dibagi menjadi 2, yaitu :
1. NDT non Radiasi
2. NDT Radiasi
NDT non radiasi antara lain :
• Dye Penetrant test
• Magnetic Particle test
• Eddy Current test
• Ultrasonic test
NDT dengan Radiasi antara lain :
• Radiography test
1. Gamma test
2. Rontgent test
DT (Distructive Test),
Metode DT yaitu suatu cara pengujian hasil lasan dengan cara merusak lasan yang diuji. Tujuannya adalah untuk mengetahui kekuatan lasan terhadap suatu jenis pembebanan.
Pengujian merusak antara lain :
• Pengujian tarik
• Pengujian beban kejut (impact)
• Pengujian kekerasan
• Pengujian macro (structure test)

Penilaian Terhadap Hasil Belajar Siswa

A. Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes dan Penilaian (Assessment)
Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
B. Tujuan Penilaian
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.
C. Pendekatan Penilaian
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterion referenced assessment). Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan. Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi peserta didik yang mewakili sekolah dalam lomba antar-sekolah.
D. Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan teknik penilaian pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.

Pengertian Laporan

I. Laporan adalah :
Suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya. Laporan merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonformal. Penyampaian informasi dari petugas/ pejabat tertentu kepada petugas / pejabat tertentu dalam suatu system administrasi.
Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena dalam suatu organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan dalam suatu organisasi baik yang berupa hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesama karyawan yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem delegation of authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara effektif dan efisien. Kerja sama diantara atasan bawahan bisa dilakukan, dibina melalui komunikasi baik komunikasi yang berbentuk lisan maupun tulisan (laporan). Agar laporan tersebut bisa efektif mempunyai syarat-syarat yang perlu dipenuhi demi terbentuknya laporan yang baik maka seseorang perlu mengetahui secara baik bagaimana pembuatan format laporan yang sempurna. Sehingga dengan laporan yang terformat bagus akan bisa bermanfaat baik dalam komunikasi maupun dalam mencapai tujuan organisasi.

II. Dari uraian diatas bisa diketahui pentingnya laporan bagi perusahaan. Apa yang menjadi manfaat laporan bagi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Merupakan perwujudan dari responsibility pelapor terhadap tugas yang dilimpahkan.
2. Sebagai alat untuk memperlancar kerja sama dan koordinasi maupun komunikasi yang saling mempengaruhi antar perseorangan dalam organisasi.
3. Sebagai alat untuk membuat budgeting (anggaran), pelaksanaan, pengawasan, pengendalian maupun pengambilan keputusan.
4. Sebagai alat untuk menukar informasi yang saling dibutuhkan dalam pekerjaan.
Bagaimana agar laporan benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat peranannya dalam organisasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Clear
Kejelasan suatu laporan diperlukan baik kejelasan dalam pemakaian bahasa, istilah, maupun kata-kata harus yang mudah dicerna, dipahami dan dimengerti bagi si pembaca. Kejelasan suatu laporan tersebut tentu saja didukung oleh penguasaan materi laporan dari si pemberi laporan sehingga dengan adanya jaminan bahwa si pembuat laporan menguasai materinya merupakan jaminan kejelasan suatu laporan di samping hal-hal tersebut diatas.
2. Mengenai sasaran permasalahannya
Caranya dengan jalan menghindarkan pemakaian kata-kata yang membingungkan atau tidak muluk-muluk, demikian juga dalam hal penyusunan kata-kata maupun kalimat harus yang jelas, singkat jangan sampai melantur kemana-mana dan bertele-tele yang membuat si pembaca laporan semakin bingung dan tidak mengerti.
3. Lengkap
Kelengkapan tersebut menyangkut :
a. Permasalahan yang dibahas harus sudah terselesaikan semua sehingga tidak menimbulkan tanda tanya.
b. Pembahasan urutan permasalahan harus sesuai dengan prioritas penting tidaknya permasalahan diselesaikan atau dengan kata lain masalah yang sangat penting diutamakan pembahasannya baru masalah-masalah yang timbul dalam pembahasan sampingan seyogyanya juga dibahas. Sehingga laporan menjadi lengkap dan mantap karena sudah mencakup segala segi yang didukung dengan data-data statistik yang jelas dan lengkap.
4. Tepat waktu dan cermat
Tepat waktu sangat diperlukan dalam penyampaian laporan kepada pihak-pihak yang membutuhkan karena pihak yang membutuhkan laporan untuk menghadapi masalah-masalah yang bersifat mendadak membutuhkan pembuat laporan yang bisa diusahakan secepat-cepatnya dibuat dan disampaikan. Kalau sampai terjadi keterlambatan penyampai laporan bagi yang berkepentingan berarti terjadi pemborosan waktu maupun tenaga karena kalau misalnya laporan tersebut diperlukan untuk bagian pengendalian produksi maka bagian pengendalian produksi akan kacau karena bagian ini menyangkut proses produksi yang berlangsung terus menerus. Oleh karena itu ketepatan waktu maupun kecermatan pembuatan laporan sangat dibutuhkan apalagi bila laporan tersebut menyangkut tindakan koreksi yang harus ada follow up nya.
5. Tetap
Laporan yang diduking data-data yang bersifat tetap dalam arti selalu akurat dan tidak berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan akan membuat suatu laporan lebih dapat dipercaya dan diterima. Keterangan-keterangan dalam menyampaikan laporan tidak boleh saling bertentangan satu sama lain.
6. Objective dan factual
Pembuatan laporan harus berdasarkan fakta-fakta yang bisa dibuktikan kebenarannya maupun dibuat secara obyektif.
7. Harus ada proses timbal balik
Laporan yang baik harus bisa dipahami dan dimengerti sehingga menimbulkan gairah dan minat si pembaca.
 Jika si pembaca memberikan response berarti menunjukkan adanya proses timbal balik yang bisa memanfaatkan secara pemberi laporan maupun si pembaca laporan.
Laporan juga berfungsi sebagai :
pertanggungjawaban bagi orang yang diberi tugas.
landasan pimpinan dalam mengambil kebijakan/keputusan.
alat untuk melakukan pengawasan.
dokumen sebagai bahan studi dan pengalaman bagi orang lain.

Peneliti haruslah menyusun laporan hasil penelitian dengan sebaik-baiknya. Laporan penelitian akan bermanfaat khususnya bagi pihak-pihak sebagai berikut :
A. PENELITI
Manfaat penyusunan laporan penelitian bagi peneliti adalah :
1. Merupakan bukti bahwa peneliti telah menemukan sesuatu.
2. Untuk menunjukkan hasil temuannya agar dikenal oleh banyak pihak (ilmuwan, pemerintah
serta masyarakat).
2. Membuat hasil penelitian menjadi lebih bermakna.
B. PARA ILMUWAN
Dengan penemuan melalui penelitian, khasanah ilmu pengetahuan akan bertambah luas. Penambahan ilmu berarti bertambah pula tempat berpijak bagi mereka dalam mengembangkan pengetahuan lebih lanjut.
C. PEMERINTAH, BIROKRAT DAN PENGAMBIL KEBIJAKAN
Informasi yang diperoleh dari penelitian akan bermanfaat bagi penentuan kebijakan sehingga daya dukung kebijakan tersebut cukup kuat karena berupa data actual.
D. MASYARAKAT LUAS
Dengan adanya informasi dari penelitian ilmiah, kehidupan manusia menjadi lebih sempurna dan semakin mudah. Contoh : penemuan listrik, telepon dan televisi.

III. Langkah-langkah dalam pembuatan laporan
Laporan merupakan hal yang sangat penting sehingga pembuatan laporan haruslah tepat, adapun ketepatan tersebut harus melalui prosedur-prosedur yang tepat pula di mana prosedur pembuatan laporan mencakup tujuh pokok langkah sebagai berikut :
A. Pengumpulan data dan fakta
Laporan yang tepat adalah laporan yang lengkap data yang dibutuhkan maupun memuat fakta yang akurat, misalnya data dan fakta mengenai :
Jumlah surat keputusan yang telah dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu satu bulan.
Bentuk dan struktur organisasi perusahaan.
Jumlah tenaga kerja per bagian.
Rencana pemakaian anggaran finansial dan sebagainya.
Agar data dan fakta tersebut nyata dan dapat dipercaya maka pengumpulannya harus melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Melakukan observasi dan pengamatan sebelum dilakukan perencanaan penelitian yang mantap dan matang.
b. Mengadakan wawancara bagi data dan fakta yang memerlukan dukungan pendapat yang objective.
c. Melakukan penyebaran daftar pertanyaan baik dengan sistem sampel maupun dengan sistem yang lainnya.
B. Pemindahan tabulating data dan fakta
Setelah melakukan pengumpulan data secara acak atau kasar mengenai observasi atau penelitian yang dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan data dan fakta tersebut. Pemilihan data tersebut bisa dilakukan dengan cara :
Pemilihan data berdasarkan pembedaan cakupan yang diteliti yaitu data tersebut apakah menyangkut personal perusahaan, finansial maupun pelaksanaan rencana.
Dibeda-bedakan menurut peristiwa dan dampaknya.
Dibeda-bedakan menurut gambar, grafik maupun tabel.
 Melakukan tabulating yaitu mengumpulkan data dan fakta yang sesuai dengan cakupan bidang masing-masing menjadi suatu daftar atau tabel sehingga tidak terjadi pengulangan kata atau kalimat, sehingga bisa memberikan analisa yang rasional, objektif dan menunjukkan logika hubungan antara data, fakta peristiwa dan dampaknya.
C. Membuat kerangka laporan
Pembuatan kerangka laporan sangat diperlukan karena dalam kerangka ini termasuk juga didalamnya pemaparan mengenai bab-bab laporan yang dibuat ataupun inti masalah yang dirangkum dalam suatu laporan. Pada dasarnya kerangka laporan mencakup 4 bagian pokok yaitu :
Pertama : Pendahuluan
Dengan melihat isi pendahuluan pembaca bisa mengetahui :
a. Maksud dan tujuan pembuatan laporan.
b. Maslah yang akan dibahas.
c. Batasan masalah.
d. Sistematika penulisan laporan.
e. Pendekatan penyelesaian yang digunakan.
Kedua : Tubuh Laporan
Dalam tubuh laporan inilah yang merupakan pembahasan maupun penyelesaian masalah yang dikemukakan,karena :
a. Di dalamnya terpapar segala data dan fakta yang telah dipisah-pisahkan menurut kepentingan penyelesaian.
b. Terdapat analisa si pelapor.
c. Terdapat hasil penyelesaian masalah dan kemudian ditarik kesimpulan dan saran dari si pelapor.
Biasanya bagian tubuh laporan ini yang merupakan bagian terpanjang dari keseluruhan laporan, oleh karenanya bagian ini biasanya terbagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian, misalnya terdiri dari :
Permasalahan.
Batasan masalah.
Hipotesa.
Latar belakang teori.
Bagian (part).
Bab-bab (chapters).
Sub bab-sub bab (section) dan sebagainya.
Ketiga : Saran-saran
Saran-saran disini sudah terangkum semua penyelesaian masalah secara tegas tanpa memberikan alternatif-alternatif pilihan lagi. Biasanya pada laporan survei, saran-saran tersebut dimasukkan ke dalam tiap akhir uraian pada tiap-tiap akhir bab atau bisa juga dapat sekaligus disatukan sebagai bab terakhir dari seluruh laporan.
Keempat : Konklusi dan Penutup
Konklusi dan penutup sebagai logika dari hubungan korelasi antara data, fakta dan analisa. Adapun konklusi ini bisa juga dijadikan kedalam satu bab dengan bab saran-saran karena saran-saran tersebut merupakan pencerminan kesimpulan yang jelas tanpa pemberian alternatif lagi. Sedangkan pada penutup disamping tercermin penegasan logika juga berupa penegasan saran-saran atau harapan penyempurnaan kegiatan-kegiatan selanjutnya serta implementasi dan follow up dari semua ide-ide yang terpapar.

IV. Bentuk Laporan Resmi
Bentuk resmi dari suatu laporan terutama laporan yang panjang haruslah dibuat memperhatikan soal-soal kerangka, sistematika, teknis penulisan dan sebagainya. Laporan resmi tersusun secara tepat dan terperinci mengenai hal-hal dibawah ini :
a. Halaman judul.
b. Kata pengantar.
c. Daftar isi.
d. Daftar tabel.
e. Daftar gambar.
f. Pendahuluan.
g. Tubuh laporan.
h. Kesimpulan dan saran.
i. Daftar pustaka.
j. Lampiran.
k. Daftar petunjuk.

Isi
Laporan berisi fakta dan data mengenai penelitian, pengamatan, percobaan, pengalaman, dan sebagainya yang diramu menjadi informasi untuk disampaikan kepada pihak lain.

Fungsi
Penyampaian laporan biasanya dilakukan oleh seorang bawahan kepada atasan, dalam hal ini adalah atasan yang memberikan tugas/perintah atau yang mempunyai fungsi kontrol dan pengawasan atas dirinya atau atas kegiatan yang dilaporkan. Laporan juga bisa bersifat koordinatif (komunikasi horizontal) bila ditulis oleh petugas dengan posisi sejajar dengan pembacanaya. Atas dasar itu pelaporan mengandung empat fungsi :
1. Fungsi Informatif
Laporan bisa digunakan sebagai sumber informasi bagi pembacanya
2. Fungsi Pertanggung jawaban
Laporan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban penulis terhadap pembaca laporan / atasannya, atau tugas yang harus dan telah dilaksanakannya.
3. Fungsi Pengawasan
Dengan membaca laporan, seorang atasan bisa mengawasi bawahan serta tugas yang dilakukan bawahan tanpa harus melihat langsung.
4. Fungsi Pengambilan Keputusan
Laporan dari bawahan dapat digunakan oleh atasan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Juga berlaku untuk laporan koordinatif. Seorang Kepala Bagian atau Manajer dapat menggunakan laporan Manajer lain untuk membuat keputusan di bagiannya sendiri.

Prinsip – prinsip Penulisan laporan
Laporan pada dasarnya adalah alat komunikasi juga. Supaya dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif, sebuah laporan harus memenuhi syarat–syarat berikut ini.
a. Lengkap
Artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap
b. Jelas
Sebuah laporan disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda. Ini dapat dicapai bila bahasa yang digunakan benar dan komunikatif
c. Benar / akurat
Data dan fakta yang salah dapat menuntun pembaca membuat suatu keputusan yang salah. Jadi kebenaran dan keakuratan isi laporan sangat diperlukan.
d. Sistematis
Laporan harus diorganisasikan sedemikian rupa, dengan system pengkodean yang teratur, sehingga mudah dibaca dan diikuti oleh pembaca. Laporan yang sistematis juga menunjang unsur kejelasan yang sudah diciptakan oleh unsur – unsur bahasa.
e. Objektif
Penulis laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalam laporannya. Pelapor harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam minilai sesuatu.
f. Tepat waktu
Ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan.

Jenis Laporan
Laporan dapat digolongkan menurut :
1. Maksud pelaporan
 Laporan informativ, yaitu laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi. Titik pentingnya adalah pemberian informasi yang akurat dan terinci.
Laporan rekomendasi
Yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga menyertakan pendapat si pelapor, dengan maksud memberikan rekomendsasi (usul yang tidak mengikat). Meski demikian akurasi dan rincian informasi tetap diperlukan supaya rekomendasi yang diberikan juga meyakinkan.
Laporan analitis
Yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si pelapor, bisa berupa pendapat atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam. Kebanyakan laporan akademis berada pada kategori ini.
Laporan Pertanggungjawaban
Di mana si pelapor memberi gambaran tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan (Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersifat evaluatif)
Laporan Kelayakan (feasibility report)
Pelapor menganalisis suatu situasi atau masalah secara mendalam untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan: layak atau tidak. Berbagai alternative dinanalisis, kemudian ditentukan mana yang lebih baik.
2. Bentuk Laporan
Laporan berbentuk Memo
Biasanya laporan pendek yang memuat hal – hal pokok saja, dan beredar di kalangan intern organisasi.
Laporan berbentuk Surat
Isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk memo, sekitar tiga lembar folio. Bisa ditujukan ke luar organisasi.
Laporan berbentuk naskah
Laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang dibuat dalam format buku, dan dalam penyampaiannya mutlak diperlukan surat atau memo pengantar
Laporan berbentuk Campuran
Laporan ini tidak lain gabungan antara bentuk naskah dengan memo atau surat. Dibuat begini karena isinya cukup kompleks sehingga harus dipadukan dengan bentuk naskah agar pengkodean bagian – baiannya lebih mudah dilakukan.
Laporan berbentuk formulir.
Laporan berbentuk buku.
3. Waktu Penyampaian
Laporan Insidental
Laporan ini tidak disampaikan secara rutin, hanya sekali- sekali saja dalam rangka suatu kegiatan yang tidak terjadwal tetap.
Laporan Periodik
Ditulis dalam suatu periode tertentu dan dinamai sesuai periodenya pula. Contoh: Laporan harian, Mingguan, Bulanan dan seterusnya.

V. SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika laporan adalah urutan letak dari bagian-bagian yang ada dalam sebuah laporan. Secara garis besar, semua laporan memiliki 3 bagian utama, yang terdiri atas : bagian awal/pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup. Namun demikian, setiap laporan memiliki sistematika yang khas. Berikut akan disajikan sistematika laporan secara umum, sistematika artikel hasil penelitian, sistematika artikel nonpenelitian, sistematika makalah, sistematika laporan penelitian, sistematika laporan evaluasi, dan sistematikan laporan analisis.

Perbedaan Akuntansi Manajemen, Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya

BAB 1 The Accountant’s Ro¬le in the Organization
Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan memiliki tujuan-tujuan yang berbeda.
Management Accounting
– Mengukur dan melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan yang dapat membantu manajer dalam membuat keputusan untuk mencapai tujuan organisasi. (tidak dibatasi oleh standar umum tertentu, karena dibuat berdasarkan kebebasan dan kebijakan manajemen)
– Fokus pada pelaporan internal.
Financial Accounting
– Mengukur dan mencatat transaksi bisnis serta menyediakan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
– Fokus pada pelaporan untuk pihak eksternal.
Cost Accounting
– Mengukur dan melaporkan informasi keuangan dan non-keuangan yang terkait dengan biaya untuk memperoleh/menggunakan sumber daya dari suatu organisasi.
– Menyediakan informasi untuk Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan.
Cost Management
Menggambarkan aktivitas manajer dalam perencanaan dan pengendalian biaya jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dapat meningkatkan nilai bagi konsumen serta menurunkan biaya produk/jasa.

Standar Kode Etik Akuntan Manajemen
Seorang praktisi manajemen keuangan dan akuntansi manajemen memiliki kewajiban kepada publik, profesi, perusahaan tempat mereka bekerja dan terhadap mereka sendiri untuk selalu menjaga standar etika yang tertinggi, yaitu:

1. Competence
2. Confidentiality
3. Integrity
4. Objectivity

BAB 2 An Introduction to Cost Terms and Purposes

 Cost adalah sumber daya yang dikorbankan/dikeluarkan untuk memperoleh tujuan tertentu, dan biasanya diukur dalam satuan mata uang yang harus dikelurkan untuk memperoleh barang/jasa. (pengorbanan ekonomis untuk manfaat yang dirasakan di masa yang akan datang). Sedangkan Expense (= expired cost) adalah pengorbanan ekonomis untuk manfaat yang dirasakan saat ini.

@ Actual cost adalah biaya yang benar-benar terjadi, biasanya berbeda dari biaya yang ditargetkan (budgeted cost).
@ Cost object (objek biaya) adalah segala sesuatu (objek) dimana biayanya dapat dihitung dan diukur. Misalnya produk, service/jasa, project, aktivitas, departemen, dll.
@ Cost drivers (pemicu biaya) adalah suatu variabel yang menyebabkan timbulnya biaya, misalnya level of activity (jumlah jam tenaga kerja langsung, jumlah machine hours, dll)

DIRECT COST DAN INDIRECT COST:
1. Direct cost, biaya yang terkait langsung dengan cost object sehingga dapat ditelusuri langsung ke cost object tersebut dengan cara yang ekonomis (cost effective). Contoh : direct material, direct labor. Istilah cost tracing digunakan untuk menggambarkan pembebanan direct cost ke cost object.
2. Indirect cost, biaya yang terkait dengan cost object tetapi tidak dapat ditelusuri langsung ke cost object tersebut dengan cara yang ekonomis (cost effective). Contoh: Indirect Labor, indirect material. Istilah cost allocation digunakan untuk pembebanan indirect cost ke cost object.

POLA PERILAKU BIAYA: VARIABLE COST DAN FIXED COST
a) Variable cost, biaya yang secara total berubah-ubah sesuai volume/aktivitas produksi. Semakin tinggi volume aktivitas produksi, total variabel cost semakin tinggi. Tetapi variabel cost/unit tetap.
b) Fixed cost, biaya yang secara total tidak berubah walaupun volume/aktivitas produksi berubah-ubah, sampai batas waktu/volume tertentu (relevant range). Namun Fixed cost/unit akan berubah-ubah, semakin besar volume produksinya maka semakin kecil (murah) fixed cost yang dibebankan kepada masing-masing unit produk tersebut.

Gb A. Total Variabel Cost Gb B. Variabel Cost per Unit

Gb C. Total Fixed Cost Gb D. Fixed Cost per Unit

Cost Driver
Adalah sebuah variable, seperti level aktivitas atau volume produksi, yang akan mempengaruhi biaya pada rentang waktu tertentu. Dengan kata lain, ada hubungan sebab akibat antara perubahan pada level aktivitas dan perubahan pada level total cost. Sebagai contoh, jika jumlah biaya makan yang Anda keluarkan tergantung pada jumlah potong pizza yang anda makan maka jumlah potong pizza menjadi cost driver dalam biaya makan Anda.
Cost driver pada variable cost adalah level aktivitas atau volume produksi yang perubahannya secara proporsional merubah total biaya variabel. Sementara pada fixed cost, dalam jangka pendek tidak memiliki cost driver namun bisa memiliki cost driver dalam jangka panjang.

Relevant Range
Adalah rentang dari level aktivitas/volume produksi normal, dimana ada hubungan yang spesifik antara level aktivitas/volume produksi dengan biaya. Contohnya: fixed cost dikatakan tetap hanya jika berhubungan dengan (rentang) range tertentu (yang biasanya lebih luas) dari total aktivitas atau volume (dimana perusahaan diharapkan beroperasi) dan untuk jangka waktu tertentu (biasanya periode anggaran tertentu).

Gambar Fixed cost behavior

Rp120jt
TFC
Rp 80 Jt
Relevant range
Rp 10 Jt Th 200x

0

Asumsi dasar dari relevant range juga bisa digunakan untuk variable cost. Yaitu jika diluar relevant range, variable cost seperti direct material bisa tidak berubah secara proporsional dengan perubahan pada volume produksi. Contohnya: diatas jumlah volume tertentu, biaya direct material bisa semakin murah karena adanya diskon pembelian.

 Inventoriable cost adalah seluruh biaya produk yang diakui sebagai aset pada saat terjadi, baru kemudian menjadi cost of goods sold setelah produk tersebut terjual.
 Period cost adalah seluruh biaya yang ada di Laporan Rugi Laba kecuali cost of goods sold. (biaya yang ada langsung dibebankan sebagai expense di Laporan Rugi Laba)
 Prime cost adalah semua biaya manufaktur langsung (DM + DL).
 Manufacturing Cost = biaya produksi atau biaya pabrik
o = Prime Cost + FOH
o = DM +DL + FOH
 Commercial Exp. = marketing + administrasi
 Total Operating Cost = Manufacturing Cost + Commercial Exp.
 Conversion Cost = biaya untuk merubah material menjadi output.
• = DL + FOH

Schedule of COGM
DM :
Beg xx
(+) Purchase xx
Av. For use xx
(-) End (xx) xx
DL xx
Indirect Manuf. Cost :
Indirect labor xx
Indirect material xx
Sewa peralatan xx
Depresiasi xx xx
Manufacturing cost current period xx
(+) WIP-beg xx
(-) WIP-end (xx)
COGM xx

COGS Statement
F/G-beg xx
(+) COGM xx
cost of goods av. for sale xx
(-) F/G-end (xx)
COGS xx
Income Statement
Revenue xx
(-) COGS (xx)
Gross profit xx
(-) Operating exp. (xx)
Operating Income xx

BAB 4 : JOB COSTING

Dua jenis costing system (sistem pembiayaan) yang digunakan untuk menentukan biaya dari suatu produk/jasa :
1) Job-costing system
– Biasanya digunakan apabila produk yang dihasilkan beragam (heterogen).
– Biaya diakumulasi berdasarkan setiap job (per customer order).
– Laporan yang digunakan yaitu: Job Cost Sheet

2) Process-costing system
– Biasanya digunakan apabila produk yang dihasilkan seragam/sama dan dalam jumlah massal.
– Biaya dihitung setiap periode kemudian dibagi dengan jumlah produksi untuk menentukan per unit cost.
– Laporan yang digunakan yaitu berupa Cost of Production report (biasanya dimiliki oleh masing-masing departemen proses)

Alokasi indirect cost pada job costing system :
1. Actual costing, mengalokasikan indirect cost dengan cara mengalikan actual indirect cost rates dengan actual quantity of the cost allocation bases.
2. Normal costing, mengalokasikan indirect cost dengan cara mengalikan budgeted indirect cost rates dengan actual quantity of the cost allocation bases.
Keduanya menggunakan dasar cost allocation bases adalah karena tiap pekerjaan (job) menuntut kuantitas sumber daya indirect yang berbeda, sehingga diharapkan dengan menggunakan cost allocation bases bisa mengalokasikan biaya dari sumber daya indirect secara sistematik sesuai dengan pekerjaannya.

Penggunaan normal costing dapat menimbulkan underallocated/overallocated (=underapplied/overapplied) indirect cost jika budgeted indirect cost lebih kecil/besar dari pada jumlah actual yang terjadi. Dalam mengalokasikan under/overapplied indirect cost ada tiga pendekatan yang bisa digunakan :
• Adjusted allocation rate, dengan cara me-restate seluruh pencatatan atas indirect cost yang ada pada general ledger dan subsidiary ledger dengan menggunakan actual cost rates. (mengganti semua yang tadinya pakai budgeted cost rates)
• Proration approach, dengan cara membagi kelebihan/kekurangan (under/overapplied) indirect cost ke ending WIP, finished goods, dan COGS secara prorata. (baca Horngren p.116)
• Write-off to COGS, kelebihan/kekurangan alokasi indirect cost yang terjadi langsung dimasukkan sebagai pengurang atau penambah COGS periode berjalan.

BAB 17 : PROCESS COSTING

Tujuan costing systems :
• Menentukan cost dari suatu produk/jasa
• Menentukan nilai inventory dan COGS
• Mengelola biaya dan evaluasi kinerja.
Proses costing membagi cost menjadi berdasarkan kategori pada proses apa cost tersebut terjadi (menghitung biaya pada tiap proses produksi bukan berdasarkan job).

Equivalent unit (baca : Horngren p.590)
Ilustrasi: Misalkan produknya adalah aqua botol ukuran 500ml. Jika ada produk setengah jadi (WIP) sebanyak 10 botol, dengan asumsi WIP tersebut baru selesai diberi Direct Material air sebesar 50% (atau masing-masing botol baru terisi 250ml air). Berarti total DM air yang sudah dikeluarkan pada WIP tersebut adalah 2.500ml (10 botol x 250ml). Nah, dari jumlah air 2.500ml itu, sebenarnya kita sudah bisa menghasilkan berapa botol produk sih? Jawabnya adalah 5 botol (2.500ml/500ml). Jadi 5 botol dianggap sebagai equivalent unit (setara unit), padahal secara riil fisiknya ada 10 botol barang setengah jadi.

BAB 16 : JOINT PRODUCT & BY PRODUCT

Dari bab sebelumnya telah dipelajari mengenai sistem pembiayaan untuk perusahaan yang memproduksi hanya satu produk atau beberapa produk pada proses yang terpisah yaitu process costing. Bagaimana untuk kasus dua atau lebih produk yang dihasilkan pada proses yang sama? Dalam kasus ini dikenal istilah joint process.

 Joint cost adalah biaya yang terjadi pada suatu proses produksi lebih dari 1 produk.
 Split off points adalah saat ketika beberapa produk yang melewati 1 proses yang samasudah dapat dipisahkan/diidentifikasikan secara terpisah.
 Separable cost adalah biaya setelah joint cost yang dapat di-assign ke masing2 produk.
 Joint product adalah beberapa produk yang melewati 1 proses produksi bersama.
 Main product adalah produk utama/produk yang nilainya paling tinggi dibandingkan produk lainnya dalam joint product.
 By product adalah produk yang nilainya paling kecil dibanding produk lainnya dalam joint product.

Cara mengalokasikan joint cost :
1. Menggunakan market-based
a) Sales value at split off method, asumsi tidak ada proses lebih lanjut after split off (sehingga separable cost tidak dimasukkan dalam perhitungan).
Dasar alokasi = jumlah barang yang diproduksi x harga jual
Dibagi secara proporsional
b) Net Realizable Value (NRV) method
Dasar alokasi = harga jual – separable cost
c) Constant Gross – Margin Percentage NRV Method
– Hitung gross margin profit % secara keseluruhan
– Kurangkan nilai penjualan per produk dengan gross margin
– Kurangkan dengan separable cost → dasar alokasi

2. Menggunakan physical measures
Dasar alokasi = ukuran fisik barang/produk (seperti: berat, panjang, dll).

Cara alokasi joint cost untuk By Product :
1. By product recognized at the time production is completed
→ revenue penjualan by product langsung mengurangi COGS main product.

2. By product recognized at the time of sale
→ revenue penjualan by product tidak mengurangi COGS main product tetapi diakui sebagai tambahan pendapatan pada revenue main product (sebesar penjualan jumlah by product yang terjual).

BAB 18 : SPOILAGE, REWORK & SCRAP

 Spoilage adalah barang yang sudah jadi atau setengah jadi tetapi tidak memenuhi kriteria pembeli, sehingga biasanya dijual dengan harga yang lebih rendah. Jika masih dalam bentuk WIP (setengah jadi), maka barang spoilage dapat dijual atau dikerjakan kembali (rework). Spoilage terbagi menjadi :
o Normal spoilage, tetap terjadi walaupun operasional sudah efisien.
o Abnormal spoilage, terjadi karena operasional tidak efisien.
 Rework adalah barang yang tidak memenuhi kriteria pembeli tetapi masih bisa diperbaiki sehingga dapat memenuhi kriteria yang diinginkan (ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk perbaikan).
 Scrap adalah sisa material yang masih dapat dijual atau dipakai lagi.

Untuk perlakuan jurnal masing-masing bisa dilihat pada buku Horngren Halaman 636 – 640.

BAB 5 : ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

 Product undercosting, produk yang menggunakan sumber daya yang besar tetapi dilaporkan memiliki cost per unit yang rendah.
 Product overcosting, produk yang menggunakan sumber daya yang sedikit tetapi dilaporkan memiliki cost per unit yang tinggi.
 ABC → cara penerapan costing system yang berfokus pada aktivitas individual sbg dasar dari cost object. Menghitung biaya dari aktivitas individual dan menentukan biaya ke cost object (seperti produk/jasa), berdasarkan aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi tiap produk/jasa tersebut.

BAB 19 : QUALITY, TIME, AND THEORY OF CONSTRAINTS

Cost of quality adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencegah produk yang berkualitas rendah (biaya-biaya yang timbul akibat menghasilkan produk berkualitas rendah). Terdiri dari :
 Prevention cost, biaya yang timbul untuk mencegah kerusakan. Contohnya biaya untuk design engineering, process engineering, supplier evaluation, quality training, dll.
 Appraisal cost, biaya yang timbul untuk mendeteksi produk. Contohnya biaya inspeksi, product testing, dll.
 Internal failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak sebelum produk tersebut sampai ke konsumen. Contohnya biaya spoilage, rework, scrap, breakdown maintenance, dll
 External failure cost, biaya yang timbul akibat produk yang rusak setelah produk tersebut sampai ke konsumen. Contohnya biaya warranty, customer support, liability claim, dll.

Tehnik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi & menganalisa permasalahan kualitas :
o Control charts
o Pareto diagrams
o Cause-and-effect diagrams

Theory of Constraints (TOC), merupakan metode unt memaksimalkan operating income saat menghadapi bottleneck dan non-bottleneck operations.

Bottleneck → terjadi saat operasi, pada saat pekerjaan yang dilakukan mendekati atau melebihi kapasitas yang dapat dilakukan.

BAB 20 : INVENTORY MANAGEMENT, JUST IN TIME, BACKFLUSH COSTING

Inventory Management adalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan aktivitas yang terkait dengan arus inventory yang masuk, melalui, dan keluar di perusahaan.
Dalam me-manage inventory untuk meningkatkan net income membutuhkan manajemen biaya efektif yang terdiri dari 5 kategori:

1. Purchasing cost, cost of goods yang diterima dari supplier, termasuk biaya transportasi.
2. Ordering cost, biaya untuk mempersiapkan dan menerbitkan purchase order, menerima dan memeriksa items yang ada di order, memeriksa kesesuaian invoice yang diterima, purchase order, dan delivery record untuk pembayaran.
3. Carrying cost, biaya yang terjadi saat menyimpan inventory untuk dijual, termasuk di dalamnya adalah opportunity cost atas investasi pada inventory yang dimiliki tersebut.
4. Stockout cost, biaya yang terjadi akibat perusahaan tidak memiliki persediaan yang diminta oleh konsumen, sehingga perusahaan harus secepatnya memenuhi permintaan yang ada.
5. Quality cost, biaya yang timbul saat produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen.

Economic Order Quantity (EOQ) adalah model keputusan yang mencoba untuk mengoptimalkan kuantitas order yang dipesan agar memenuhi suatu asumsi tertentu. Versi paling sederhana dari model EOQ ini yaitu mengasumsikan bahwa hanya ada ordering cost dan carrying cost, model ini juga berasumsi:
1. Setiap tahun order pada kuantitas yang sama (reorder point yang sama)
2. Permintaan, ordering cost, dan carrying cost diketahui dengan pasti.
3. Purchasing cost per unit tidak dipengaruhi oleh kuantitas yang dipesan.
4. Tidak ada stockout yang terjadi
5. Dalam memutuskan ukuran purchase order, manajer hanya mempertimbangkan cost of quality yang mempengaruhi ordering cost atau carrying cost.

Just in Time (JIT) Purchasing, yaitu pembelian material (atau barang) tepat pada saat dibutuhkan.
Tujuan JIT :
 Unt menghilangkan storage & carrying cost
 Bagian yang penting dari TQM
 Mangurangi WIP & raw materials

Backflush Costing, merupakan suatu job-costing system yang ada pada produksi dengan menggunakan JIT dimana backflush costing menunda pencatatan beberapa jurnal entry hingga akhir masa produksi atau akhir siklus penjualan, sehingga biaya untuk penerapannya lebih rendah dibandingkan dua sisten costing lainnya (job order dan process costing).

Istilah-istilah Lain Yang Penting

 Planning → konstruksi program operasional secara detail.
 Organizing → penciptaan kerangka kerja dalam aktivitas yang harus dijalankan.
 Controlling (pengawasan) → untuk menjaga agar actual sesuai dengan plans.
 Authority → kekuatan untuk memberi order untuk melakukan/tidak melakukan suatu aktivitas.
 Responsibility → berhubungan dengan otoritas, yaitu tanggungjawab atas kekuatan yang dimiliki.
 Accountability → melaporkan hasil kepada pihak yang mempunyai otoritas lebih tinggi.
 Struktur organisasi → chart yang menjelaskan tingkat manajemen dalam perush, dan memberi penjelasan mengenai tingkat otoritas, tanggungjawab dan akuntabilitas dlm perush.
 Controller → tanggungjawab manajer eksekutif terhadap fungsi akuntansi.
 Budget (anggaran) → planning mgt yang dikuantifisir (dinyatakan dalam monetary unit).
 Direct costing/variable costing → untuk me-matching-kan fixed cost dengan revenue yang diperoleh dlm suatu periode.
 Absorption costing → untuk me-matching-kan fixed manufacturing cost dgn unit produksi. Yang kemudian pada saat dijual akan di-expense di dalam COGS I/S.
 Cost object → pengakumulasian dan perhitungan biaya berdasarkan item/aktivitas tersebut.
Misal, berdasarkan : produk, batch, proses, order konsumen, kontrak, product line, departemen, divisi, project, strategic goal.
 Traceability → ketika cost object ditentukan maka perhitungan cost itu berdasarkan dpt cost tersebut di-trace ke cost object.
 Nonfinancial Performance Measures → tidak ada unsur uang
– efisiensi control
– quality control
 Klasifikasi Biaya :
• Product
• Volume produksi
• Departemen manufaktur, proses, cost centers
• Periode akuntansi
• Decision, action atau evaluasi.

Biaya yang berhubungan dengan produk
 Prime Cost = DM + DL
 Manufacturing Cost = biaya produksi atau biaya pabrik
= Prime Cost + FOH
= DM +DL + FOH
 Commercial Exp. = marketing + administrasi
 Total Operating Cost = Manufacturing Cost + Commercial Exp.
 Conversion Cost = biaya untuk merubah material menjadi output.
= DL + FOH
 Direct Material (DM) adalah biaya yang dapat ditelusuri langsung ke produk, misal kayu ke furniture.
 Direct labor (DL) adalah biaya tenaga kerja langsung yang merubah DM menjadi F/G, sehingga dapat dibebankan kepada produk tertentu.
 FOH (manufacturing OH) adalah beban manufaktur atau factory burden. Terdiri dari seluruh biaya manufaktur yang tidak dapat di trace ke produk secara langsung.
FOH dapat berupa :
o Indirect material, material yang diperlukan unt menyelesaikan produk tapi bukan DM. Misalnya : lem, paku.
o Indirect labor, tenaga kerja supervisi (tidak langsung mengerjakan produk). Misalnya : gaji supervisor, inspeksi.
o Other Indirect Cost, misalnya : sewa gudang, asuransi kebakaran pabrik, maintenance mesin, biaya listrik, dll.
 Marketing expense adl beban yang dimulai sejak produk selesai sampai dengan dijual.
 Adm expense adl beban yang terjadi dlm rangka directing dan controlling perush.

Biaya yang berhubungan dengan volume produksi
 Variable cost
Adalah biaya yaang akan berubah jika total produksi juga berubah.
 Fixed cost
 Semi Variable cost
Adalah biaya yang terdiri dari variable cost dan fixed cost. Contoh biaya listrik.

Biaya yang berhubungan dengan departemen manufaktur
Apabila biaya dpt di-trace kepada departemen dimana produk di produksi, seperti direct departemen cost.
Apabila dapat dibagi-bagi ke beberapa departemen seperti indirect departemen cost. Misalnya building rent dan building depreciation.
 Joint cost dan Common cost
Common cost, terjadi ketika banyak jenis produk menggunakan satu fasilitas (penggunaan fasilitas bersama-sama).
Contoh :
1) Fasilitas (ex. meja, kursi) untuk disewakan macam2 aktivitas
2) Acc. mencatat aktiva → bermanfaat untuk divisi lain
3) Supervisi → cc k/ digunakan oleh A, B, C
Joint cost, prosesnya sama tetapi produk yang dihasilkan berbeda.

Biaya yang berhubungan dengan periode akuntansi
a) Capital expenditure → biaya yang bermanfaat untuk jangka panjang (asset)
b) Revenue expenditure → biaya yang bermanfaat untuk jangka pendek (expense)

Cara memisahkan fixed dan variable cost dalam semivariable cost :
1) High & low methods → dari aktivitas terendah dan tertinggi
2) Scattergraph methods (tidak akurat) → y = cost ; x = aktivitas (diplot)
3) Least square methods (paling akurat)
Cara menentukan FC → saat Q = Ø maka akan kita tarik sebagai FC

COST ACCUMULATION
1) Job order costing
2) Process costing
3) Backflush costing

Job Order Costing
Metode costing dimana biaya diakumulasi berdasarkan setiap job (customer order).
Job order cost sheet / cost sheet → detail mengenai job tertentu.
Dalam job costing :
DM, DL dan FOH diakui berdasarkan setiap order
Semua penggunaan DM, DL, FOH Applied ditampung dulu di akun WIP,
WIP xxx
F/G xxx
kemudian dikredit ke F/G
F/G xxx
WIP xxx
kemudian ketika dijual,
COGS xxx
F/G xxx
FOH control > FOH applied = underapplied, (+) COGS
FOH control < FOH applied = overapplied, (-) COGS
Overapplied Underapplied
FOH C xxx COGS xxx
COGS xxx FOH C xxx

Process Costing
Metode costing dimana biaya diakumulasi berdasarkan cost center (departemen tempat terjadi proses produksi).
Production flow :
1) Sequential PF,
Dept 1
Man cost → Dept 2
Man cost → Dept 3
Man cost → F/G

2) Parallel PF
Dept 1

Dept 2
Dept 5
F/G
Dept 3

Dept 4

3) Selective PF
Dept 1 Dept 2 Dept 3 (packaging) F/G

Dept 2

Karakteristik process costing :
1. cost dibebankan ke per departemen
WIP-A xxx
Materials xxx
2. dikumpulkan ke cost of production report = laporan yang digunakan dlm proses costing untuk mengakumulasikan biaya dan membebankan produksi setiap bulan.
Mengumpulkan biaya
Mengikhtisar
Menghitung TC → equivalent units
Menghitung VC
3. cost ditransfer dari departemen 1 ke departemen berikutnya (A ke B)
WIP-B Xxx
WIP-A xxx
Equivalent units, jumlah sumber daya (seperti material, labor, FOH) yang dibutuhkan unt menyelesaikan satu unit produk sesuai dgn cost element yang diperhitungkan.
Average method, caranya : jumlah total yang ditransfer (+) %penyelesaian dalam material, labor, FOH.
Equivalent unit → unt m’cari cost/unit setiap M, L, FOH → ada total cost/unit.
∑ yang ditransfer x total
Ending WIP di breakdown M x equival unit (no ∑ transfer)
L x equival unit (no ∑ transfer)
FOH x equival unit (no ∑ transfer)
Total cost
Di depart B
Ada cost dari proceeding depart → equival unit = total yang ditransfer (+) ending
Untuk cost added Untuk transfer
WIP-B xxx
Mats xxx
Payroll xxx
FOH applied xxx WIP-A xxx
WIP-B xxx
F/G xxx
WIP-B xxx

FIFO method
Transfered out-nya ada :
+/ biaya inventory → cost to complete this period
started & completed this period
WIP
Klo di average method, transfered out (yang total ga ada beg & started & completed)

BIAYA KUALITAS & AKUNTANSI UNT PRODUK LOSS
1. Biaya kualitas, biaya unt m’jaga kualitas & unt biaya yang t’jadi di kualitas yang buruk/kurang baik.
a) Prevention cost, biaya unt m’cegah
b) Appraisal cost (m’deteksi), biaya unt pengecekan (produk yang failed keburu masuk).
c) Failure cost, biaya unt barang yang rusak.
 Internal failure cost : scrap, spoilage, rework, downtime from mesin rusak → produk belum sampai ke konsumen.
 External failure cost : konsumen tidak puas, warranty, replacement → produk sudah sampai ke konsumen.

Total Quality Management (TQM), yaitu pendekatan unt meningkatkan quality dlm seluruh aktivitas & proses.
• Customer oriented
• Peran aktif manajemen
• Peran employee
• Sistem yang memungkinkan tercapainya tujuan
• Achievement oriented
2. Akuntansi untuk produk loss
Job order costing
1. Acc for scrap (brg sisa), scrap mempunyai nilai shg ketika dijual bisa dicatat sbg:
• Scrap sales → bag dr I/S
• COGS
• FOH Control
• WIP → klo bisa di-trace ke individual job
2. Acc for spoilage goods (brg rusak/below std/tdk dpt diperbaiki)
a) Konsumen failure
• Tdk boleh dicatat sbg quality cost tapi harus ditanggung oleh konsumen
• Dibebankan ke job yang b’sangkutan
• Masuk ke spoilage inventory
b) Internal failure
• Disebabkan oleh kesalahan perush
• Employee error
• Mesin yang sdh usang
• Ditanggung oleh perush, dicat sbg FOH control (loss)
• Klo ditanggung oleh perush maka sales revenue & profit lebih kecil
3. Accounting for rework, biaya untuk m’perbaiki brg yang rusak.
a) Klo konsumen, dibebankan ke job shg sales price job-nya meningkat.
b) Klo internal, masuk ke FOH control tapi COGS gak naik karena ke FOH control. Sales price gak berubah.
Process costing
 Spoilage seperti loss in process masuk/ dibebankan sbg FOH control
 Masuk sbg p’hit dlm equivalent units (sesuai dgn proporsi).

COSTING BY PRODUCT & JOINT PRODUCT
By product adalah produk yang mempunyai nilai kecil dan quantity sedikit, yang terproduksi bersama2 dengan produk yang mempunyai nilai besar dan quantity besar (main product).
Joint product adalah produk yang diproduksi dengan menggunakan fasilitas yang sama dan melalui proses yang sama/common process.
Biaya yang t’jadi dari proses yang sama tetapi m’hasilkan produk yang berbeda.
Metode costing by-product :
1) Recognition of gross revenue, pada saat dijual diakui sebagai :
 Other revenue
 Mengurangi COGS
 Mengurangi total biaya produksi
 Menambah sales revenue
2) Recognition of net revenue, ada biaya tambahan untuk melakukan proses tambahan
Alokasi joint cost ke joint product :
1) Market value method
2) Average unit cost method
3) Weighted average method
4) Quantitative unit method

MATERIALS
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah inventory yang dipesan pd satu waktu yang meminimalkan inventory cost.
Jika beli tidak sering & dalam jumlah besar, mk carrying cost (cc) akan ↑.
Jika beli dalam jumlah kecil tetapi sering, mk order cost (co) akan ↑.
EOQ digunakan unt menyeimbangkan antara cc dan co.
Time to Order
Order point : saat pemesanan (pd qty tertentu)
Lead time : interval antara tanggal order dgn saat inventory t’sedia unt produksi.
Safety stock : jumlah yang paling aman dimiliki oleh perush supaya tidak terjadi stockout cost.
Order point : pemakaian normal selama lead time (+) safety stock.

JUST IN TIME & BACKFLUSHING
Just in time
Adalah filosofi yang menekankan pada pengurangan biaya dengan cara m’eliminasi inventory. Inventory harus datang pd saat diperlukan, tidak boleh sebelum/sesudah ataupun terlalu cepat/terlambat.
Tujuan :
 Unt m’hilangkan storage & carrying cost
 Important part dari TQM
 Mangurangi WIP & raw materials
Stockless production, zero inventory production (ZIP)
Adalah usaha untuk mengurangi WIP & raw materials.
Polling system : produksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Keuntungan :
 Jika demand predictable
 Jika demand pd level yang sama dari periode ke periode
 Carrying cost rendah
Kekurangan :
 Kemungkinan t’jadi stockout cost kalau keterlambatan datangnya inventory
 Tidak bisa dipakai kalo demand flucktuated day to day
 Susah unt melakukan shipping dengan cost yang murah t’utama klo Cuma sedikit jumlah pesanannya.
Backflushing
Adalah pendekatan yang lebih sederhana, menyederhanakan akuntansi untuk flow biaya manufaktur. Digunakan tidak seperti WIP, tapi melakukan koreksi pada akhir periode.
Klo pake backflush costing, costing ditentukan pada saat produksi selesai.
Beban direct labor dan FOH Control langsung dimasukkan ke COGS.
FOH
OH rate base/OH allocation base adalah faktor yang dijadikan pembagi dalam OH rate.
Tujuan pemilihan base adalah supaya aplikasi FOH merupakan proporsi yang sesuai dlm pemakaian SD tidak langsung dalam produk/job.
Base yang umum digunakan :
a) DM cost base
b) Direct labor cost base → base ini gak cocok klo depresiasi mesin besar.
c) DLH base
d) Machine hour base

MANAJEMEN OPERASIONAL


Manajemen Operasional adalah usaha pengelolaan secara optimal penggunan faktor produksi : tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan faktor produksi lainnya dalam proses tranformasi menjadi berbagai produk barang dan jasa.

Apa Yang Bisa Dilakukan Manajer Operasi Dan Orientasi Manajer Operasi
Melakukan fungsi-fungsi proses manajemen : perencanaan, pengorganisasian, pembentukan staf, kepemimpinan dan pengendalian.
Orientasi manajer operasi ialah mengarahkan keluaran/output dalam jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

Tanggung Jawab Manajer Operasi

  • Menghasilkan barang dan jasa.
  • Mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi operasi dan sistem transformasi.
  • Mengkaji pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi.

Fungsi Produksi Dan Operasi

  •  Proses produksi dan operasi.
  •  Jasa-jasa penunjang pelayanan produksi.
  •  Perencanaan.
  •  Pengendalian dan pengawasan.

Ruang Lingkup Manajemen Operasi
1. Perancangan atau disain sistem produksi dan operasi

  •   Seleksi dan perancangan disain produk
  •   Seleksi dan perancangan proses dan peralatan
  •   Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi
  • Rancangan tata letak dan arus kerja
  •   Rancangan tugas pekerjaan
  • Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas

2. Pengoperasian sistem produksi dan operasi

  • Penyusunan rencana produk dan operasi
  •   Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan
  • Pemeliharaan mesin dan peralatan
  •   Pengendalian mutu
  •   Manajemen tenaga kerja (SDM)

Pengambilan Keputusan
Dilihat dari kondisi atau keadaan dari keputusan yang harus diambil, ada 4 macam pengambilan keputusan :
1. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti
2. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung resiko
3. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti
4. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan keadaan lain.

Beberapa Jenis Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Operasi :
  Proses : keputusan mengenai proses fisik dan fasilitas yang dipakai

  • Kapasitas : keputusan untuk menghasilkan jumlah, tempat dan waktu yang tepat
  • Persediaan : keputusan persediaan mencakup mengenai apa yang dipesan, berapa banyak, kualitas dan kapan bahan baku dipesan
  •   Tenaga kerja : keputusan tenaga kerja mencakup seleksi, recruitment, penggajian, PHK, pelatihan, supervise, kompensasi dan promosi terhadap karyawan, penggunaan tenaga spesialis.
  •   Kualitas/mutu : keputusan untuk menentukan mutu barang dan jasa yang dihasilkan, penetapan standar, disain peralatan, karyawan trampil, dan pengawasan produk dan jasa.

Keputusan Dalam Manajemen Sistem Produksi 

  •   Keputusan perencaan strategik jangka panjang dalam sumber daya
  •   Disain sistem produktif : pekerjaan, jalur proses, tata arus, dan susunan saran fisik
  •   Keputusan implementasi operasi : harian, mingguan dan bulanan.

Keputusan Perencanaan Strategis :

  • Pemilihan disain rangkaian produk dan jasa
  • Keputusan perencanaan kapasitas, lokasi gudang, rencana ekspansi
  • Sistem pembekalan, penyimpanan dan logistik.

Pengertian Sistem Produksi :
Wahana yang dipakai untuk mengubah masukan-masukan sumberdaya untuk menciptakan barang dan jasa.
Ada tiga macam sistem dalam proses produksi :

  •   Proses produksi yang kontinyu
  •   Proses produksi terputus-putus
  •   Proses produksi bersifat proyek

STRATEGI OPERASI
Strategi operasi merupakan fungsi operasi yang menetapkan arah untuk pengambilan keputusan yang diintegrasikan dengan strategi bisnis melalui perencaan formal. Menghasilkan pola pengambilan keputusan operasi yang konsisten dan keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Tipe :
1. Strategi produksi biaya rendah, melalui penekanan biaya produksi :

  •   Teknologi tinggi, biaya tenaga kerja rendah, tingkat persediaan rendah, mutu terjamin.
  •   Bagian pemasaran dan keuangan mendukung.

2. Strategi inovasi produk dan pengenalan produk baru :

  •   Harga bukan masalah dalam pemasaran.
  •   Fleksibilitas dalam pengenalan produk baru.

PERENCANAAN PABRIK
Perencanaan pabrik (factoy planning) angat penting karena diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai dengan efektif dan efisien.

Perencanaan Pabrik :

  •   Penentuan lokasi pabrik
  •   Perencanaan bangunan pabrik
  •   Penyusunan peralatan pabrik
  •   Penerangan, pengaturan suara rebut, dan udara dalam pabrik.

Pemilihan Lokasi Pabrik
Penentuan atau pemilihan lokasi pabrik adalah penting, karena mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan, dan kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi pabrik juga harus mempertimbangkan kemungkinan ekspansi.

Tujuan Perencanaan Lokasi Pabrik
Tujuannya adalah agar perusahaan dapat beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien. Penentuan lokasi memperhatikan faktor biaya produksi & biaya distribusi barang yang dihasilkan & faktor lokasi sangat penting untuk menurunkan biaya operasi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lokasi Pabrik :
Faktor utama :

  •   Lingkungan masyarakat
  •   Kedekatan dengan pasar
  •   Tenaga kerja
  •   Kedekatan dengan bahan mentah dari pemasok
  •   Fasilitas dan biaya transportasi
  •   Sumberdaya alam lainnya

Faktor sekunder

  •   Harga tanah
  •   Dominasi masyarakat
  •   Peraturan tenaga kerja
  •   Rencana tata ruang
  •   Kedekatan dengan lokasi pabrik pesaing
  •   Tingkat pajak
  •   Cuaca/iklim
  •   Keamanan
  •   Peraturan lingkungan hidup

Pendekatan situasional atau contingency adalah penentuan lokasi berdasarkan faktor terpenting menurut kebutuhan dan kondisi masing-masing perusahaan. Misalnya :

  •   Dekat dengan pasar
  •   Dekat dengan sumber bahan baku saja
  •   Tersedia tenaga kerja

Perangkap Dalam Pemilihan Lokasi

  •   Lokasi sulit mendapatkan tenaga kerja .
  •   Lokasi dengan harga tanah murah, tetapi kondisinya jelek sehingga perlu biaya mahal untuk membuat pondasi.
  •   Lokasi diluar kota dengan harga murah, tetapi fasilitas prasarana jalan dan saran transportasi belum dibangun.
  •   Lokasi di sekitar pemukiman dan sulit membuang limbah.

 

Tahap Pemlihan Lokasi Pabrik

  •   Melihat kemungkinan beberapa alternatif daerah yang akan dipilih.
  • Melihat pengalaman orang lain dan pengalaman sendiri untuk menentukan lokasi pabrik.
  •   Mempertimbangkan dan menilai alternatif pilihan yang menguntungka

 

MANAJEMEN OPERASIONAL

Manajemen Operasional adalah usaha pengelolaan secara optimal penggunan faktor produksi : tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan faktor produksi lainnya dalam proses tranformasi menjadi berbagai produk barang dan jasa.

Apa Yang Bisa Dilakukan Manajer Operasi Dan Orientasi Manajer Operasi
Melakukan fungsi-fungsi proses manajemen : perencanaan, pengorganisasian, pembentukan staf, kepemimpinan dan pengendalian.
Orientasi manajer operasi ialah mengarahkan keluaran/output dalam jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

Tanggung Jawab Manajer Operasi
Ü Menghasilkan barang dan jasa.
Ü Mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi operasi dan sistem transformasi.
Ü Mengkaji pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi.

Fungsi Produksi Dan Operasi
Ü Proses produksi dan operasi.
Ü Jasa-jasa penunjang pelayanan produksi.
Ü Perencanaan.
Ü Pengendalian dan pengawasan.

Ruang Lingkup Manajemen Operasi
1. Perancangan atau disain sistem produksi dan operasi
Ü Seleksi dan perancangan disain produk
Ü Seleksi dan perancangan proses dan peralatan
Ü Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi
Ü Rancangan tata letak dan arus kerja
Ü Rancangan tugas pekerjaan
Ü Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas
2. Pengoperasian sistem produksi dan operasi
Ü Penyusunan rencana produk dan operasi
Ü Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan
Ü Pemeliharaan mesin dan peralatan
Ü Pengendalian mutu
Ü Manajemen tenaga kerja (SDM)

Pengambilan Keputusan
Dilihat dari kondisi atau keadaan dari keputusan yang harus diambil, ada 4 macam pengambilan keputusan :
1. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti
2. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung resiko
3. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti
4. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan keadaan lain.

Beberapa Jenis Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Operasi :
Ü Proses : keputusan mengenai proses fisik dan fasilitas yang dipakai
Ü Kapasitas : keputusan untuk menghasilkan jumlah, tempat dan waktu yang tepat
Ü Persediaan : keputusan persediaan mencakup mengenai apa yang dipesan, berapa banyak, kualitas dan kapan bahan baku dipesan
Ü Tenaga kerja : keputusan tenaga kerja mencakup seleksi, recruitment, penggajian, PHK, pelatihan, supervise, kompensasi dan promosi terhadap karyawan, penggunaan tenaga spesialis.
Ü Kualitas/mutu : keputusan untuk menentukan mutu barang dan jasa yang dihasilkan, penetapan standar, disain peralatan, karyawan trampil, dan pengawasan produk dan jasa.

Keputusan Dalam Manajemen Sistem Produksi 
Ü Keputusan perencaan strategik jangka panjang dalam sumber daya
Ü Disain sistem produktif : pekerjaan, jalur proses, tata arus, dan susunan saran fisik
Ü Keputusan implementasi operasi : harian, mingguan dan bulanan.

Keputusan Perencanaan Strategis :
Ü Pemilihan disain rangkaian produk dan jasa
Ü Keputusan perencanaan kapasitas, lokasi gudang, rencana ekspansi
Ü Sistem pembekalan, penyimpanan dan logistik.

Pengertian Sistem Produksi :
Wahana yang dipakai untuk mengubah masukan-masukan sumberdaya untuk menciptakan barang dan jasa.
Ada tiga macam sistem dalam proses produksi :
Ü Proses produksi yang kontinyu
Ü Proses produksi terputus-putus
Ü Proses produksi bersifat proyek 

STRATEGI OPERASI
Strategi operasi merupakan fungsi operasi yang menetapkan arah untuk pengambilan keputusan yang diintegrasikan dengan strategi bisnis melalui perencaan formal. Menghasilkan pola pengambilan keputusan operasi yang konsisten dan keunggulan bersaing bagi perusahaan.

Tipe :
1. Strategi produksi biaya rendah, melalui penekanan biaya produksi :
Ü Teknologi tinggi, biaya tenaga kerja rendah, tingkat persediaan rendah, mutu terjamin.
Ü Bagian pemasaran dan keuangan mendukung.
2. Strategi inovasi produk dan pengenalan produk baru :
Ü Harga bukan masalah dalam pemasaran.
Ü Fleksibilitas dalam pengenalan produk baru.

PERENCANAAN PABRIK
Perencanaan pabrik (factoy planning) angat penting karena diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai dengan efektif dan efisien.

Perencanaan Pabrik :
Ü Penentuan lokasi pabrik 
Ü Perencanaan bangunan pabrik
Ü Penyusunan peralatan pabrik
Ü Penerangan, pengaturan suara rebut, dan udara dalam pabrik.

Pemilihan Lokasi Pabrik
Penentuan atau pemilihan lokasi pabrik adalah penting, karena mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan, dan kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi pabrik juga harus mempertimbangkan kemungkinan ekspansi.

Tujuan Perencanaan Lokasi Pabrik
Tujuannya adalah agar perusahaan dapat beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien. Penentuan lokasi memperhatikan faktor biaya produksi & biaya distribusi barang yang dihasilkan & faktor lokasi sangat penting untuk menurunkan biaya operasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lokasi Pabrik :
Faktor utama :
Ü Lingkungan masyarakat
Ü Kedekatan dengan pasar 
Ü Tenaga kerja
Ü Kedekatan dengan bahan mentah dari pemasok
Ü Fasilitas dan biaya transportasi
Ü Sumberdaya alam lainnya
Faktor sekunder
Ü Harga tanah
Ü Dominasi masyarakat
Ü Peraturan tenaga kerja 
Ü Rencana tata ruang 
Ü Kedekatan dengan lokasi pabrik pesaing
Ü Tingkat pajak
Ü Cuaca/iklim
Ü Keamanan
Ü Peraturan lingkungan hidup
Pendekatan situasional atau contingency adalah penentuan lokasi berdasarkan faktor terpenting menurut kebutuhan dan kondisi masing-masing perusahaan. Misalnya :
þ Dekat dengan pasar 
þ Dekat dengan sumber bahan baku saja
þ Tersedia tenaga kerja
Perangkap Dalam Pemilihan Lokasi
Ü Lokasi sulit mendapatkan tenaga kerja .
Ü Lokasi dengan harga tanah murah, tetapi kondisinya jelek sehingga perlu biaya mahal untuk membuat pondasi.
Ü Lokasi diluar kota dengan harga murah, tetapi fasilitas prasarana jalan dan saran transportasi belum dibangun.
Ü Lokasi di sekitar pemukiman dan sulit membuang limbah.

Tahap Pemlihan Lokasi Pabrik
Ü Melihat kemungkinan beberapa alternatif daerah yang akan dipilih.
Ü Melihat pengalaman orang lain dan pengalaman sendiri untuk menentukan lokasi pabrik.
Ü Mempertimbangkan dan menilai alternatif pilihan yang menguntungkan.
Pemilihan Berbagai Alternatif Lokasi

Tata letak pabrik di mana mesin dan peralatan integral alur kerja dikelompokkan bersama-sama oleh fungsi.

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Produksi

Kata produksi selalu digunakan untuk mengartikan nama seperti

pembuatan (Manufacture). Pembuatan suatu barang dan jasa sangat

dipegaruhi oleh faktor-faktor produksi bahan (material), mesin

(machine), metoda (method) tenaga kerja, modal (money) dan

kewiraswastaan (skill) untuk meningkatkan kegunaan dari barang dan

jasa tersebut. Dapat dikatakan pula produksi adalah kegiatan untuk

meningkatkan/ menciptakan kegunaan atau nilai tambah suatu barang

dan jasa (form utilite).

Sedangkan manajemen adalah kegiatan atau usaha untuk mencapai

suatu tujuan dengan mengkoordinir kegiatan melalui orang lain.

Dengan demikian untuk meningkatkan kegunaan suatu barang dan jasa

tidak dapat dilakukan sendiri, melainkan bersama-sama orang lainnya

maka dibutuhkn manajemen dan secara operasional dalam peningkatan

kegunaan barang dan jasa dibutuhkan faktor-faktor  produksi  yang

dikoordinasikan oleh kewiraswastaan (skill) yang disebut manajer.

Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian

manajemen produksi/operasional yaitu kegiatan untuk mengatur agar

dapat menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan

jasa. Untuk mengatur ini perlu dibuat kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan usaha-usaha mencapai tujuan ditetapkan agar

barang dan jasa dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan baik

kwalitas, kuantitas, waktu yang direncakan serta biaya-biaya yang perlu

dikeluarkan.

Dana (money) disebut pertama karena merupakan prasarat operasional

suatu usaha atau industri pengolahan. Dana diperlukan untuk

mendapatkan mesin dan peralatan, bahan baku, membayar upah/gajidan sampai pada waktunya memperoleh laba dari penjualan produk

yang dihasilkan; persoalan dana biasanya terkait dengan kepemilikan.

Mesin (machine), mesin yang dimaksud disini termasuk semua fasilitas

produksi seperti bangunan, peralatan dan perlengkapannya atau disebut

juga harta tetap (fexed asset). Bahan baku (material), berbeda dengan

harta tetap (fixed asset).  Bahan baku merupakan aktiva lancar yang

merupakan bagian utama dari produk jadi yang ditawarkan kepada

pelanggan atau digunakan untuk membuat suatu produk.

Bahan baku bisa berupa bahan mentah yang langsung diperoleh dari

sumber daya alam seperti hasil pertanian, hasil tambang ataupun yang

telah mengalami proses awal seperti minyak nilam untuk bahan baku

minyak wangi atau produk kimia lainnya.

Manusia (man), manusia disini adalah anggota masyarakat yang

diperlukan untuk pembuatan atau menggunakan mesin dan bahan baku

untuk membuat produk, persoalan manusia pada industri perlu

mendapat perhatian yaitu tenaga kerja non trampil atau kurang

produktive yang harus diawasi melalui cara-cara pembayaran upah,

pelatihan kerja, hubungan kerja, dan lain-lain.

Methoda (method), teknik kerja sama dan meliputi mesin, bahan baku

dalam operasional perusahaan secara berkesinambungan, meneliti caracara yang baik untuk membuat produk, memilih bahan baku yang baik

dan memperbaiki urutan operasional sehingga diperoleh satu alur

produksi yang cukup baik.

1.2. Tujuan dari Produksi

Tujuan produksi yaitu untuk meningkatkan nilai tambah barang dan

jasa menjadi lebih tinggi melalui perubahan bentuk dari bahan baku

menjadi barang setengah jadi atau pun barang jadi. Nilai tersebut

diperoleh dengan mengoptimalisasikan penggunaan faktor-faktor

produksi berupa harta tetap (tanah, gedung, dst), tenaga kerja, modal

dan kewiraswastaan. Dengan demikian diharapkan dalam kegiatanproduksi tersebut dapat diperoleh tata cara pembuatan barang dan jasa

dengan baik dan tepat dari segi jumlah waktu dan harga.

1.3. Lingkup Pembahasan Manajemen Produksi meliputi:

v Fasilitas produksi:

² Rekayasa produksi (Production Engeneering)

² Work Study dan Desain Pekerjaan.

² Lokasi Industri dan Tata Letak (Plant Location and Lay Out).

v Penunjang Produksi terdiri dari:

² Perencanaan dan pengendalian produksi (Production Planning

Control)

² Pengendalian Persediaan (Inventory Control)

² Pembelian (Purchasing)

² Pengendalian Mutu (Quality Control)

² Pemeliharaan (Maintenance)

v Pengembangan yang menjadi tanggung jawab fungsi

produksi:

² Desain produk (product design)

² Pembayaran dan perangsang (Payment and Incentive).

v Dalam hal ini pembahasannya akan dibatasi disesuaikan

dengan kebutuhan industri kecil saat ini yaitu meliputi:

² Tata Letak dan Lokasi Industri (Plant Location and lay Out)

² Pengendalian persediaan (Inventory Control)

² Pengendalian Mutu (Quality Control)

² Pemeliharaan (Maintenance)II. FUNGSI DAN SISTEM PRODUKSI

Sebelum membahas materi diatas perlu dipahami fungsi dan sistim produksi.

Secara umum fungsi produksi bertanggung jawab atas pengolahan bahan baku

dan penolong/pembantu menjadi barang jadi atau jasa yang akan memberikan

hasil pendapatan bagi perusahaan.

Untuk melaksanakan fungsi produksi ini diperlukan rangkaian kegiatan yang

merupakan suatu sistim. Bermacam-macam kegiatan yang diperlukan untuk

melaksnakan fungsi ini, dapat dilakukan oleh banyak bagian yang ada atau

dapat dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja terutama diperusahaan

kecil.

2.1. Proses (Processes)

Proses yang diartikan sebagai metode dan teknik yang digunakan untuk

mengolah bahan.

Pada proses produksi terdapat unsur-unsur bahan baku, manusia, mesin

dan peralatan. Bahan baku tersebut diolah lebih lanjut dengan bantuan

manusia dan mesin berakibatkan meningkatknya nilai bahan tersebut

menjadi produk setengah jadi jadi atau produk jadi.

Dalam hal ini proses produksi terdiri dari sistim yang dapat mengubah

bentuk bahan dengan digunakan atau menggunakan teknologi sistem

pengolahan/proses yang sering digunkan sekarang ini adalah:

v Batch Production, yang terdiri dari pengolahan/pengerjaan

sejumlah besar variasi produk dengan variasi bahan-bahan yang

terbatas. Batch Production dapat dilakukan untuk menghasilkan

produk dalam kecil (nus satu) atau dalam besar (serial) Contoh :

pembuatan angklung.

v Sistim Proses (Process System)

yaitu produk dibuat secara terus menerus dalam suatu pola/desain

tertentu, seperti penyulingan minyak atseri. Biasanya sistim prosesini berhubungan dengan pengolahan bahan baku menjadi produk

antara.

v Produksi massa produk tunggal (Mass Production – One Product)

Produksi massa produk tunggal umumnya banyak terdapat pada

inudtsri pengolahan. Perbedaannya terutama pada arus bahan yang

sangat rumit yang menghasilkan sejumlah komponen yang harus

di assembling untuk membuat produk akhir, sebagai contoh

produksi celana jean.

v Produksi massa multi produk (Mass Production Multi Product)

Perkembangan produksi massa terakhir ini menuju pada suatu

serial produk yang sangat bervariasi, seperti pembuatan sangat

berproduk elektronika.

v Proses Kontruksi (Contruction Process)

Dalam hal ini bahan dan komponen dibawa kesuatu tempat dan

dipergunakan untuk mengerjakan pembangunan ditempat tersebut

seperti pembuatan kapal.

2.2. Jasa Produksi (Services)

Jasa produksi meliputi pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan

untuk mengorganesir, menetapkan dan mengkomunikasikan agar

proses produksi dapat dilaksnakan secara efektif.

Jasa (Services) ini berhubungan dengan:

v Produk yang meliputi penelitian mutu, desain, spesifikasi logo,

inspeksi, dan lain-lain.

v Teknologi, dalam hal ini diperlukan pengetahuan dalam

pemakaian teknologi yang terus berkembang yaitu :

² Dalam penggunaan peralatan.

² Pengetahuan dalam proses secara keseluruhan.v Penggunaan sumber-sumber yang ada dimana mesin dan

peralatan, tenaga serta bahan-bahan hendaknya dapat

dipergunakan secara effesien.

2.3. Perencanaan (Planning)

Perencanaan ini dibutuhkan untuk menjamin tujuan produksi dapat

dilakukan dengan efektif. Perencanaan yang berhubungan dengan

fungsi produksi, terutama dalam 2 (dua) hal yaitu:

v Proses Perencanaan (Process Planning)

Dalam proses ini dibutuhkan pertimbangan yang terperinci

mengenai bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

kegiatan pengolahan dan susunan kegiatan/peralatan yang akan

digunakan.

Biasanya proses perencanaan ini meliputi:

² Routing yaitu susunan kegiatan operasi harus dikerjakan dan

fasilitas yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan operasi.

² Perencanaan yang terperinci yang terdiri dari pertimbangan

untuk suatu kegiatan operasi pada kurun waktu tertentu,

seperti, penentuan mesin yang digunakan, kegiatan yang harus

dilakukan oleh operator dan kegiatan pengendalian mesinmesin yang akan dipakai.

² Peralatan khusus (Special) Equipment)

Peralatan khusus yang diperlukan dibuat rencana terperinci,

terutama untuk penentuan apakah peralatan ini perlu dipesan

(Order) atau dibeli dipasar bebas.

v Perencanaan dan pengendalian produksi

Dalam hal ini penekanannya lebih besar pada kegiatan dalam

proses produksi, dengan sasaran untuk dapat memberi sumbangan

lebih besar terhadap laba perusahaan serta sasaran spesifik yaitu:

mengembangkan Route, Schedule Kerja, penggunaan material

secara optimal, optimalisasi mesin/peralatan, tenaga kerja,

termasuk operasional pabrik sesuai dengan rencana.III. TATA LETAK DAN LOKASI INDUSTRI

3.1. Perencanaan Lokasi

Sebelum mencari lokasi perusahaan atau industri harus dilakukan

antisipasi dengan perkiraan-perkiraan untuk jangka panjang guna

mengatasi kebutuhan perusahaan  dimasa yang akan datang.

Dalam hal ini mempertimbangkan kebijakan yang berkaitan dengan

perluasan usaha atau industri, antisipasi dalam hal deversifikasi produk,

perubahan selera pasar, perubahan sumber bahan baku dan pengaruh

lainnya yang dapat diperkirakan.

Perhatian sungguh-sungguh harus ditumpukan pada faktor-faktor

ekonomis yang memperngaruhi kebutuhan pendirian, perluasan dan

pemilihan lokasi industri.

Pemilihan lokasi industri biasanya sebagai akibat dari 3 (tiga) hal yang

mempengaruhi:

v Faktor Regional meliputi Wilayah Administrasi Daerah tetangga

serta potensi industri diwilayah tersebut mendukung atau tidak

terhadap industri yang akan didirikan.

v Pemukiman masyarakat, pada pemukiman masyarakat diharapkan

potensi sumber daya manusia yang dapat mendukung peningkatan

produktivitas industri.

v Penetapan tapak yang tepat dikota, dipinggir kota atau dekat

sumber bahan baku.

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Lokasi

Dalam melakukan pemilihan lokasi banyak alasan yang dapat

terungkap meliputi:

v Jaringan Prasana dan Sarana

Baiknya Prasarana dan sarana erat kaitannya dengan transportasi

seperti  kecepatan pencapaian pasar, sumber bahan baku, tempatpenyediaan tenaga kerja , komunikasi, perbankan dll. Dengan

prasarana dan sarana yang baik akan mempermudah mobilitas

tenaga kerja yang berasal dari masyarakat di pedesaan/pingir kota.

v Tersedianya Tenaga Kerja

Perusahaan atau industri tidak dapat melaksanakan operasionalnya

tanpa tenaga kerja. Dengan demikian perlu mendapat perhatian

mengenai pasar tenaga kerja yang dapat menjamin pengadaan

tenaga kerja yang memenuhi syarat yang berasal dari sekitar

lokasi. Hal ini diperlukan untuk pengisian berbagai posisi pada

organisasi perusahaan atau industri di maksud. Tingkat upah yang

tetapkan secara totalitas dan secara proporsional masih pada

batasan yang normal yang tercermin dalam struktur biaya

produksi yaitu berkisar dibawah 40% dari total biaya produksi

untuk industri padat tenaga kerja.

v Pertimbangan Biaya

Dalam pemilihan lokasi atas dasar perbandingan biaya dapat

dilaksanakan dengan perincian sebagai berikut:

No. Komponen

Biaya

Tapak A

(Rp.)

Tapak B

(Rp.)

Tapak

 (Rp.)

Tapak D

(Rp.)

1 Tenaga Kerja 13.106.000 11.054.000 11.548.000 11.954.000

2 Over Head  1.190.000     618.000     602.000     936.000

3 Angkutan     507.000     432.000     368.000     300.000

4 Utilities     204.000     248.000     214.000     236.000

TOTAL 15.007.000 12.352.000 12.730.000 13.106.000

Perkiraan

tabungan untuk

mesin baru/th

–  2.655.000  2.227.000  1.541.000

Prosentase

biaya industri

yang dapat

dihemat

– 17.7% 115,2% 12,3%Pada saat ini yang penting mendapat perhatian lebih besar pada

industri antara yang mampu mendorong tumbuhnya industri

menengah dan kecil. Dengan menggunakan tenaga kerja yang

berada dipedesaan melalui peningkatan kemampuan dan

ketrampilan mereka akan mendorong produktivitas serta dapat

menelan biaya perjam kerja effektive.

v Dekat dengan Pasar

Biaya dan lamanya waktu pengangkutan produk kepelanggan

menjadi pertimbangan penting bagi banyak perusahaan atau

industri.

Dalam hal ini perusahaan atau industri lebih tertarik berlokasi

dekat dengan pusat perbelanjaan bila pertumbuhan biaya dapat

dihemat dalam prosentase yang lebih besar.

v Dekat dengan Bahan Baku

Sepertinya hal dalam pertumbuhan biaya biaya disini juga

diperhitungkan lokasi mana yang dapat menghemat biaya lebih

besar dekat bahan baku atau dekat pasar.

v Dekat dengan perusahaan atau industri yang telah ada (existing)

Dalam hal ini sebagai pertimbangan pada lokasi industri existing

dapat memanfaatkan fasilitas yang telah ada seperti pelayanan per

bankan, ekspor dst.

v Pengadaan tanah dan biaya tanah

Dalam pengadaan tanah sering terjadi permasalahan, disebabkan

sebagian masyarakat mendukung di daerahnya dibangun industri

dan ada bagian lainnya yang menolak.

Dalam hal ini pengusaha tidak perlu cepat putus asa, namun dapat

dicarikan penyelesaian yang saling menguntungkan secara terbuka

dan transparansi. Secara logika dengan adanya pembangunan

industri akan dapat mengangkat pendapatan masyarakat serta

mengupayakan meminimalisasi biaya sosial yang menjadi beban

masyarakat.3.3. Tapak perusahaan/industri (Local site)

Setelah menseleksi hubungan masyarakat dengan pendirian usaha atau

industri, persoalan berikutnya menseleksi ketepatan Tapak (Site).

Pengkajian disini selalu dikaitkan dengan tersedianya fasilitas

transportasi air/saluran air, energi, kondisi tanah, biaya tanah, dst.IV. PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Pengendalian persediaan (Inventory Control) cukup penting guna peningkatan

effisiensi yang meliputi 2 (dua) phase yaitu:

¨ Perencanaan harian untuk keperluan operasi produksi.

¨ Perencanaan pengendalian persediaan sebagai pertanggung jawaban.

Pertanggung jawaban lainnya yaitu pencatatan dan pelaporan transaksi yang

meliputi bahan baku dan dampak terhadap jenis persediaan lainnya.

4.1. Sistim Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan persoalan dasar industri. Indikasi

ini cukup komplek dari sistim ini, secara proposional melaksanakan

pencatatan transaksi persediaan, gerak bahan baku,

pemeliharaan/perawatan dan menetapkan jumlah pengendalian yang

diperlukan untuk pencapaian sasaran.

Bila pengendalian persediaan diperlukan secara terus-menerus

dilaksanakan oleh karyawan melalui pencatatan pada tabel “Inventory

Record” yang dilakukan pada setiap transaksi dalam waktu, jumlah

seperti yang ditetapkan, demikian pula biaya pemeliharaan/perawatan

dicatat pada Low Cost Item”. Sebaiknya informasi persediaan dicatat

pada memo/nota, meliputi:

v On Order, disini dicatat bahan baku yang dipesan, bukan

penerimaan.

v Reciveved (Penerimaan), disini dicatat seluruh penerimaan

walaupun tidak terjadi jumlah yang balance dalam kolom.

v On Hand, disini dicatat jumlah yang diterima masuk dalam tempat

penyimpanan (gudang) dan jumlah yang dikeluarkan.

v Pengeluaran untuk digunakan (Issued) dalam kalom ini dicatat

seluruh kuantitas yang akan masuk ke tempat pengolahan

(pabrik).

v Allokasi (Allocated), pada kolom ini dicatat jumlah yang masuk

untuk pengeluaran atas pesanan khusus penggunaan bahan bakusampai pada ruangan stock dan dijamin dapat dipergunakan jika

diperlukan untuk persiapan masuk tempat pengolahan (pabrik).

v Tersedia (Available), jumlah bahan baku disini siap digunakan

dan dapat melakukan pesanan berikutnya.

Informasi tersebut dapat diperoleh dari pencatatan persediaan secara

terus-menerus, dalam hal ini menunjukkan bila jumlah bahan baku

disetujui untuk pesanan berikutnya, jumlah yang dipesan, yang siap

masuk proses pengolahan dan jumlah dari Vendor atau Toko dan tidak

perlu melalui Stockroom.

4.2. Penentuan Harga Persediaan

Dalam penentuan harga persediaan lazimnya digunakan 4 (empat)

dasar penentuan harga yaitu:

v First in – First Out (FIFO)

Disini ditetapkan untuk persediaan yang masuk terlebih dahulu

akan dikeluarkan pada kesempatan pertama dan harga persediaan

dikalkulasi sesuai pada saat persediaan tersebut masuk.

Dengan demikian maka biaya persediaan yang dijual/digunakan

dan biaya persediaan yang tinggal dapat dihitung sebagai berikut:

Contoh:

Persediaan awal berjumlah 100.000 unit dengan harga beli Rp.

200/unit ; pembelian berikutnya adalah sebagai berikut:

10 Januari 1998 :  200.000  unit  @  Rp 240   = Rp.   48.000.000

20 Januari 1998 :  300.000  unit  @  Rp. 220  = Rp.   66.000.000

30 Januari 1998 :  100.000  unit  @  Rp. 230  = Rp.   23.000.000

                             600.000  unit                          Rp. 137.000.000

Persediaan (bahan baku) yang digunakan:

100.000  unit  @  Rp. 200                                   Rp.   20.000.000

200.000  unit  @  Rp. 240                                   Rp.   48.000.000

200.000  unit  @  Rp. 220                                   Rp.   44.000.000

500.000  unit                                                       Rp. 112.000.000

Persediaan yang  tinggal  :                                  Rp.   45.000.000

100.000  unit  @  Rp. 220 – Rp. 22.000.000

100.000  unit  @  Rp. 230 – Rp. 23.000.000v Last in First Out (LIFO)

Disini ditetapkan untuk persediaan yang masuk terakhir

dikeluarkan terlebih dahulu, yang perhitungannya sebagai berikut:

100.000 unit @   Rp. 230 Rp.   23.000.000

300.000 unit  @   Rp. 220 Rp.   66.000.000

100.000 unit @   Rp. 240 Rp.   24.000.000

500.000 unit           Rp. 113.000.000

Persediaan yang tinggal:

100.000 unit  @   Rp. 240 Rp.   24.000.000

100.000 unit @   Rp. 200 Rp.   20.000.000

200.000 unit            Rp.   44.000.000

v Methode Rata-rata

Berdasarkan contoh diatas  tersebut maka perhitungan persediaan

yang dijual/digunakan dan yang masih tinggal menurut methode

biaya rata-rata adalah sebagai berikut:

Jumlah persediaan awal + jumlah pembelian = 100 unit + 600 unit

= 700.000 unit dengan nilai Rp. 157.000.000.

Harga rata-rata = Rp. 157.000.000 = Rp. 224,285

                        700.000

Nilai penjualan/yang digunakan:

500.000 unit x Rp. 224,285 = Rp. 112.142,50

Nilai persediaan akhir x Rp. 224,285 = Rp. 414.857.000

v Methode NIFO (Next in First Out)

Berdasarkan contoh tersebut diatas, maka biaya persediaan yang

dijual/digunakan dan yang tinggal menurut methode ini adalah

sebagai berikut:

Nilai yang dijual/digunakan:

200.000  unit  @  Rp. 240 =  Rp.   48.000.000

300.000  unit @  Rp. 220 =  Rp.   66.000.000

500.000  unit            =  Rp. 116.000.000Nilai persediaan akhir:

100.000  unit @  Rp. 200 =  Rp.   20.000.000

100.000  unit @  Rp. 230 =  Rp.   23.000.000

200.000  unit =  Rp.   43.000.000

Methode tersebut diatas cukup relevan jika digunakan, tetapi bila

perseiaan digudang cukup besar maka tidak praktis lagi.

Methode LIFO dan FIFO dipandang dari sudut manajemen

perusahaan adalah methode perhitungan biaya persediaan yang

lebih realistis dalam menggambarkan keuntungan riil, oleh karena

methode ini memakai konsep nilai ganti.

4.3. Klassifikasi Persediaan

Hampir semua industri menggunakan klassifikasi yang sama terhadap

persediaan termasuk bahan mentah (row material), pembelian

komponen, kegiatan dalam aktivitas produksi, produk jadi dan

pengadaan:

v Raw material merupakan bahan yang belum mengalami

perubahan dari industri. Raw material termasuk jenis biaya pada

industri sampai raw material siap masuk proses produksi.

v Pembelian Komponen

Klassifikasi persesiaan ini berupa bagian atau part yang

dibutuhkan untuk penyelesaian produk, tidak termasuk prosessing

sebelum pemasangan (assembling) menjadi produk jadi.

Persoalan persediaan bahan baku (material), walaupun ada

kalanya komponen seperti ini merupakan produk jadi pada

industri lain.

Contoh:

kancing baju dan ritsliting untuk industri konpeksi (garment)

v Produk Dalam Proses (work in process)

Klassifikasi persediaan seperti ini dipergunakan untuk perhitungan

biaya produksi.Seluruh bahan baku dan komponen yang telah masuk dalam

kegiatan produksi sampai produk selesai dan belum siap untuk

dipasarkan dapat masuk dalam klassifikasi ini.

v Produk jadi (Finished Goods)

Klassifikasi persediaan ini merupakan jumlah produk jadi yang

siap dipasarkan, dalam hal ini termasuk juga persediaan yang

belum habis terjual (persediaan akhir) yang berada ditempat

penyimpanan atau pabrik.

Dalam hal ini nilai dari produk jadi (finished goods) biasanya

cukup tinggi ada kalanya merupakan permasalahan perusahaan.

v Supplies seluruh bahan baku (material) yang diperlukan untuk

operasional industri selain penggunaan komponen dan keperluan

produk jadi di klassifikasikan pada supplies atau dalam akuntasi

biaya di klassifikasi dalam bahan tidak langsung (Indirect

Material). Sedangkan bahan baku (material) yang menjadi

komponen produk jadi (finished goods) disebut bahan langsung

(direct materials)

Adapun yang disebut supplies ini seperti : minyak pelumas,

penghisap debu di pabrik, dan lain-lain.

v Persediaan Optimum

Sejumlah besar penyediaan yang mengalami volume penjualan

menurun memberi konsekwensi menurunkan laba.

Jumlah persediaan yang kecil menghadapi permintaan yang

meningkat akan mengakibatkan kerugian dalam menghadapi

pesaing juga memberi konsekwensi menurunkan laba.

Kondisi seperti ini harus dapat diatasi dengan suatu indikasi untuk

penetapan kebutuhan menimum persediaan dan secara operasional

dapat diperkirakan dengan penggunaan alat perputaran persediaan

(Inventory Turn Over).Inventory Turn Over ini merupakan Index pengendalian

persediaan yang sering digunakan adalah Ratio dari nilai produk

yang siap dijual dengan investasi persediaan rata-rata untuk 1

(satu) kurun waktu.

(Inventory Turn Over =     Nilai  produk   siap  jual

                              Nilai persediaan rata-rata)

Jika terjadi angka Index yang tinggi berarti membutuhkan tingkat

persediaan dan biaya perawatan yang rendah, demikian pula dapat

meningkatkan effisiensi dan tabungan (saving). Inventory

(persediaan) di implikasikan pada dana yang ditanam pada

industri yaitu : niali bahan baku, biaya upah produksi, biaya

angkutan (handling cost) dan sewa gudang.

Perencanaan tingkat persediaan optimum dalam pengelolaan

persedian meningkatkan kerjasama dengan fungsi pemasaran.

Trend pasar harus memperkirakan secara akurat besarnya

persediaan yang tepat, penambahan dapat dilakukan jika bagian

penjualan merasa perlu merangi jika menurut perkiraan penjualan

akan menurun.

Persoalana ini memerlukan kelancaran komonikasi antara fungsi

pemasaran dengan penelitian seksama untuk pemecahan masalah

tersebut. Sebagai dasar untuk berfikir dapat digunakan formula

sebagai berikut :

Q =   2 RS

                               I

Ket : Q = Jumlah optimum persediaan yang dipesan

R = Biaya pesanan

S  =  Jumlah pesanan untuk satu kurun waktu

I = Biaya perawatan per unit untuk kurun waktu yang

ditetapkan.V. PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)

Pemeliharaan atau  pearawatan adalah tugas dari manajemen produksi yang

berhubungan dengan persoalan rutin dalam pemeliharan physik mesin dan

peralatan pabrik agar kondisi opeasional industri cukup lancar.

Aktivitas yang cukup penting bagi setiap industri mempersiapkan kondisi

pabrik siap operasi ; disebabkan demikian dapat menjamin penggunaan mesin,

gedung dan palayanan yang dibutuhkan oleh bagian lain untuk menghasilkan

tingkat pengembalian investasi yang optimum (Return on Investment).

Dengan berkembangnya suatu industri mengakibatkan semakin komplek

dalam perawatan maka program pemiliharaan/perawatan semakin penting

guna menjamin kelancaran produksi.

Setiap industri akan meng-estimasi biaya pemeliharaan/perawatan dan terus

meningkat tergantung umur pemakian mesin dan perlengkapan (machine and

equipment).

5.1. Lingkup Pemeliharan/Perawatan (Maintenance)

Perawatan/pemeliharaan dibutuhkan oleh setiap industri yang

berkembang disebabkan kemungkinan rusak/macetnya mesin,

komponen yang patah, perbaikan gudang, generator, dan lain-lain.

Pemelihraan/perawatan dapat di klasifikasikan kepada:

v Primary Function (Fungsi Utama):

² Perawatan/pemeliharaan untuk menjaga berlanjutnya

operasional industri.

² Pemeliharan/perawatan bangunan pabrik dan landasan pabrik.

² Pemeliharaan peralatan dan komponen yang haus.

² Perubahan dan pengembangan perlengkapan dan bangunan.

² Pemasangan baru keperluan mesin dan bangunan.

v Secondary Function (Fungsi Penunjang):

² Pemeliharaan/perawatan ruangan kantor.

² Pengamanan pabrik/gedung termasuk alat pemadam

kebakaran.² Pengaturan buangan.

² Tertib administrasi.

² Pelayanan/jasa pelayanan kebersihan.

² Ruangan Accounting.

² Polusi dan kebisingan.

² Jasa lainnya yang menunjang kelancaran kegiatan produksi.

Pada umumnya kegiatan demikian dapat dikontrakkan kepada pihak ke

3 (tiga).

Adapun yang harus dirawat/dipelihara sendiri oleh Departemen

produksi pada ruang kerja yang tidak dapat ditinggalkan (Ruang tempat

produksi).

Dengan demikian setiap pekerja harus bertanggung jawab untuk

pemeliharaan tersebut agar area tempat kerja mereka bersih dari ok

bekas, sampah buangan lainnya, dll. Dalam hal ini wewenang berada

pada mandor.

5.2. Pengendalian terhadap pemeliharaan/perawatan (control of

maintenance)

Pengendalian terhadap perawatan diperlukan kertas kerja dan

pencatatan, pencatan diperlukan untuk mengsukseskan program

perawatan/pemeliharaan.

Keberhasilan program diupayakan dengan menyusun jadwal schedule)

pemeriksaan untuk mengetahui cacat, waktu jatuh tempo perawatan dan

jasa-jasa sebelum kerusakan terjadi.

Beberapa pengendalian yang digunakan dengan bentuk dan alat

penolong sebagai berikut:

v Pesanan pekerjaan (work authorization /work order)

Biasanya hal ini diisyaratkan sebelum perawatan dilaksanakan

atau started. Bentuk ini dikerjakan oleh mandor atau yang lainnya

yang bertanggung jawab langsung pada operasional peralatan

pabrik, dalam hal ini termasuk informasi tempat kerja, bilapekerjaan dapat diselesaikan dan bila pekerjaan harus dinilai

termasuk juga penggunaan bahan baku dan tenaga kerja tertentu.

v Jadwal kerja (work schedule)

Salah satu kesulitan pengendalian perawatan/pemeliharaan,

pekerjaan di luar jadwal jika atasan memberi pekerjaan per paket.

Pada tahap awal mandor atau supervisor perawatan/pemeliharaan

dapat mengestemasi jumlah pekerja dan waktu yang diperlukan

untuk tiap pesanan.

v Biaya Bahan (material)

Pekerjaan pemeliharaan ditentukan oleh penggunanya menurut

kebutuhan/kapsitas ruang kerja. Penggunaan biaya melalui nota

pesanan yang diuraikan dalam kartu pesanan yang diberi nomor

pesanan pekerjaan (Work Order) Lmp : No. 246, dst.

Berdasarkan kartu pesanan tersebut diakumulasikan kedalam total

biaya bahan (total material cost) yang diperlukan untuk suatu

pekerjaan tersebut.

v Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost)

Beberapa perusahaan yang memiliki mechanic mempersiapkan

kartu khusus (Special Card) untuk mencatat berapa banyak waktu

yang digunakan atau dihemat untuk setiap tugas yang diberikan

kepadanya. Beberapa besar biaya yang diperlukan untuk jam kerja

mechanic yang dihabiskan dalam merawat suatu pekerjaan  dan

berapa besar waktu yang dapat dihemat dalam hal ini

penghematan yang ditimbulkan tersebut boleh jadi dibayarkan

kepada mechanic.

v Anggaran (Budget)

Walaupun biaya perawatan/pemeliharaan mengalami fluktuasi,

namun beberapa estimasi perlu dibuat untuk usulan anggaran,

pengalaman yang lalu dijadikan pedoman.

Anggaran disusun dengan basis nilai perawatan untuk sejumlah

unit yang diproduksikan atau jumlah pesanan.v Pencatatan Equipment (Equipment Record)

Pencatatan demikian dibutuhkan oleh setiap program perawatan,

pemeliharaan catatan demikian termasuk kesesuaian data

mengenai equipment itu sendiri seperti jumlah peralatan dan biaya

start.

Informasi demikian dibutuhkan bila pesanan komponen atau bila

diperlukan informasi tentang pengadaan. Pada kartu reparasi

dicatat : jadwal (Schedule) pemeriksaan, biaya pemeriksaan  dan

reparasi.

Informasi biaya reparasi dinilai khusus dengan demikian suatu

informasi dapat ditetapkan jika biaya lebih besar dari yang normal

mungkin juga disebut replacement.

5.3. Type Pemeliharaan/Perawatan (Maintenance Type)

Pemeliharaan/pemeliharaan dapat dikatagorikan 3 (tiga) type yaitu :

Corrective, Preventive, Predictive.

v Corrective Maintenance

Sangat bervariasi, hal ini dimaksudkan pemeliharaan yang

menjadi pekerjaan reparasi (perbaikan).

Reparasi dilakukan jika pearalatan dan mesin mengalami

kerusakan, dalam kasus ini diperlukan pemeriksaan jenis

kerusakan dan membuat rencana keperluan perbaikan.

v Preventive Maintenance

Kegiatan ini bertolak belakang dengan Coorrective Maintenance

yaitu dilakukan sebelum terjadi kerusakan dan mengarah kepada

memperkecil kemungkinan terjadi kerusakan dan mengantisipasi

kemungkinan terjadi kemacetan kegiatan produksi.

Preventive maintenance terdiri dari:

² Perbaikan desain, pemasangan peralatan dan mesin.

² Pemeriksaan secara prodik mesin dan peralatan.² Mempersiapkan biaya perawatan secara keseluruhan

(Overhaul of Equipment).

² Pembersihan, pengecatan, pengsisian minyak pelumas untuk

mesin dan peralatan, pembersihan gedung dan lain-lain.

Preventive Maintenance pada umumnya memperkirakan pola

yang dapat memeperkecil biaya perawatan. Kunci pelaksanaan

preventive yang baik bagaimana juga terletak pada pemeriksaan

mesin dan peralatan produksi, alat penggerak, material handling,

equipment, penerangan, gedung dan lain-lain.

v Preventive Maintenance

Predective Maintenance, dalam type ini antisipasi dengan

menambah perhatian pada hal-hal yang sensitive. Jadi predictive

maintenance merupakan preventive maintenance yang

menggunakan analisa sensitive seperti temperatur, resistansi

(ketahanan) dan lain-lain. Kondisi demikian di ukur secara peredic

atau berlanjut.VI. PENGEDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)

Pengendalian mutu produk termasuk dalam sistim produksi yang berwal

dengan pembuatan : produk desain, pengolahan, pemeriksaan, pengujian,

pengepakan, penjualan, pendestribersian, pemasangan dan pelayanan di

lapangan.

Pengendalian mutu adalah 2 (dua) aktivitas yang saling berhubungan dari

sistim produksi yaitu:

¨ Pengembangan spesifikasi umum dan spesifikasi teknik.

¨ Menjamin kesesuaian produk yang dihasilkan dengan spesifikasi yang

telah digariskan.

6.1. Elemen Kwalitas

Pengembangan kwalitas produk termasuk dalam sistim produksi serta

memberi perhatian khusus pada pengembangan kwalitas.

Dalam pengembangan kwalitas dihadapkan pada ciri-ciri seperti

ukuran/dimensi, bentuk, daya tahan/daya tarikan, dll.

Setiap ciri ditetapkan seperti spesifikasi : 0,500  ± 0,002 in, dst.

Perkataan kwalitas dimaksud dapat berbeda untuk barang yang berbeda

dan selera pemakai yang berbeda pula, seler dan tingkat penghasilan

pemakai. Dengan demikian element mutu ditetapkan berdasarkan selera

pemakai.

Penetapan element mutu berlandaskan pada spesifikasi selera pemakai

seperti yang digambarkan sebagai berikut: Kebutuhan         Spesifikasi       Desain        pesifikasi

 Pemakai           Umum                  Produk       Teknik

            Kemampuan

                Proses        M U T U

      

             Proses Pengen      Tingkat kemampuan

      dalian      penyesuaian dengan

       dengan spesifikasi

               Pemeriksaan     teknis

Dengan demikian dalam pengendalian mutu ada 4 (empat) prosedur

yang harus ditempuh yaitu:

v Menyusun Standar

Dalam penysunan standard akan dipilih element mana yang

penting diperhatikan yang paling menyentuh selera pemakai

dilihat dari segi perlingdungan, keamanan serta lama pemakaian.

v Mengukur penyimpangan dari standar,dalam hal ini diberikan

batas tolenransi yang dibenarkan terjadi penyimpangan dari

standar yang ditetapkan misal : ketebalan kaca mobil diberi batas

toleransi antara 0,500 ± 0,001 in.

v Melakukan perbaikan untuk memperkecil penyimpangan

melewati batas indentifikasi penyebab tim dari unsur bahan,

mesin, manusia, methode kerja.

v Menyusun rencana perbaikan dan penyesuaian dengan standard.

Dalam hal ini tampak pada kita bahwa pengendalian mutu

merupakan salah satu bagian dari sistim produksi . Sistim

produksi berawal dari bahan, tenaga kerja dan komponen lainnya

merupakan hasil suatu sistim.

                          Masukan                  Sistim produksi                   Keluaran6.2. Prinsip dalam aktivitas pengendalian mutu

Dalam aktivitas pengendalian mutu dikenal dengan 3 (tiga) prinsip

yaitu:

v Menyusun kebijaksan mutu

Dalam menyusun kebijaksan mutu ditetapkan kreteria-kreteria

yang diperlukan untuk menjamin mutu produk sesuai dengan

selera pemakai yang meliputi ukuran, bentuk komposisi bahan,

suhu, dst.

v Membuat ringkasan desain produk

Rangkaian desain disusun berdasarkan konsep-konsep untuk

diusulkan yang disebut rangkaian desain dasar. Selanjutnya

disusun ringkasan desain menengah dan desain final, seperti

digambarkan sebagai berikut:

–  Konsep atau usulan – Pengembangan dan – Pilot produksi

                                             pengujian – Produksi

– Desain produksi

6.3. Manfaat Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu diperlukan untuk memberikan kepuasan kepada

pemakai produk tersebut dan merupka salah satu upaya untuk

pengembangan usaha.

Untuk menghadapi persaingan dalam menghasilkan suatu produk ada 4

(empat) ciri kemampuan yang diperlukan yaitu:

v Memahami keinginan  konsumen untuk mendapatkan pembeli,

agar biaya dapat ditekan.

v Mampu mengikuti perubahan teknologi, politik dan sosial.

v Mampu memperkirakan apa yang diinginkan oleh konsumen 1 s/d

10 tahun mendatang.

Ringkasan desain

dasar final

 Ringkasan desain

Menengah

Rangkaian desain

finalv Mampu menyiapkan produk yang baik dan bekelanjutan

Menurut deming tidak mungkin dilakukan hal demikian, tetapi

kenyataan banyak perusahaan mempelajari pengalaman yang lalu,

merupakan ciri untuk mengatasi persaingan dimasa yang akan

datang.

Memenuhi kebutuhan konsumen menjadi kewajiban setiap

perusahaan dan merupakan kegiatan pokok untuk :

v Memantau hasil dan tingkat keputusan pemakai.

v Identifikasi perbaikan yang diperlukan sipemakai produk tersebut.

v Perbaikan produk dan jasa yang sesuai dengan keinginan

konsumen dan biaya yang murah.

v Memperkirakan dan jumlah persyaratan yang diinginkan pemakai.

v Memproduksikan produk yang sesuai dengan keinginan

pemakai/pelanggan.

Untuk terlaksankannya kegiatan tersebut ada tiga ciri pokok yang

perlu diperhatikan:

² Punya tekad yaitu perbaikan mutu tidak akan berhenti selama

kegiatan produksi berlangsung.

² Berilmu dalam upaya perbaikan mutu diperlukan pengetahuan

teknis produksi maupun kultural yang mampu

menterjemahkan selera pemakai produk yang dihasilkan.

² Melibatkan seluruh anggota/ karyawan sehingga setiap

karyawan merasa bertanggung jawab atas perbaikan mutu

produk.

6.4. Pengendalian Mutu Terpadu (Total Quality Control)

Pengendalian mutu adalah aplikasi ilmu dasar dan terapan yang bersifat

keteknikan ataupun manajerial yang bertujuan mempertahankan mutu

dan mengembangkan daya guna bahan baku seoptimal mungkin

sekaligus meningkatkan nilai tambah sebagai berikut:

v Pengendalian bahan dan barang-barang yang akan digunakan

berdasarkan standar mutu yang ditentukan.v Pembuatan jadwal kegiatan perbaikan mutu.

v Pengukuran effisiensi setiap faktor produksi.

v Pengamatan produksi akhir.

v Pengandalian dan penyimpanan.

v Menyiapkan berbagai spesifikasi tata cara termasuk cara

pengujian statistik.

v Pengawasan hukum.

v Penentuan harga, anggaran biaya dan inventarisasi.

² Evaluasi   dari  semua kegiatan yang dilakukan sekaligus

membuat laporannya:

Laporan tersebut dapat digunakan untuk membuat berbagai

kebijaksanaan yang menyangkut macam permasalahan seperti:

penemuan baru, pembiyaan, penetapan harga, dan seterusnya.

6.5. Penetapan Gugus Kendali Mutu (GKM)

Gugus kendali mutu (GKM) adalah suatu kelompok karyawan yang

terdiri dari 3 sampai 8 orang dari unit kerja yang sama yang secara

sukarela dan bersinambungan melakukan kegiatan pengendalian mutu

ditempat kerjanya.

GKM sebagai suatu sistem untuk meningkatkan mutu dan optimasi

pemanfaatan sumber daya, telah menjadi budaya masyarakat industri

Jepang.

v Penerapan  GKM dapat ditempuh melalui:

² Layanan Konsultasi Langsung

Layanan konsultasi ini diberikan oleh klinik GKM yang

memberikan kesempatan kepada pengusaha

kecil/menengah/klien lainnya untuk berkonsultasi dengan

“Tenaga Ahli/Fasilitas GKM  yang ada dipusat maupun

didaerah, melalui telepon atau langsung tatap muka, tanpa

dipungut biaya.

Tenaga ahli/fasilitas GKM yang dapat dihubungi dapat dilihat

pada lampiran 1.² Layanan konsultasi melalui surat

Layanan konsultasi ini diberikan oleh klinik GKM yang

melaui surat menyurat. Untuk itu pengusaha industri

kecil/menengah/klien lainnya diharapkan:

Í Mengirimkan surat kepada petugas klinik GKM baik yang

ada dipusat maupun daerah.

Í Alamat dan isi surat hendaknya ditulius dengan jalan

(boleh diketik/tulis tangan)

Í Jangan lupa menyertakan perangko secukupnya untuk

pengiriman jawabannya.

Í Jawaban atas berbagai hal dan permasalahan yang

disampaikan akan dijawab secepatnya melalui surat,

diupayakan tidak lebih dari 2 minggu.

² Bantuan Tenaga Ahli/Fasilitas

Bagi pengusaha industri kecil/menengah/klien lainnya yang

membutuhkan bantuan tenaga ahli/fasilitas dapat

menghubungkan petugas  klinik GKM dipusat maupun daerah.

Persyaratannya:

² Perusahaan industri kecil/menengah/klien lainnya

menyampaikan permohonan secara tertulis kepada petugas

klinik GKM pusat/daerah.

² Perusahaan industri kecil/kiliennya bersedia membayar biaya

pelatihan/bimbingan/konsultasi sebesar 25% dari biaya yang

dibutuhkan.

² Lamanya pelaksanaan pelatihan/bimbingan/konsultasi  antara

1-12 minggu, sesuai dengan kebutuhan.

v Propek Sistim Paten di Indonesia

Sistem paten di Indonesia telahh dilmulai sejak 1 Agustus 1991.

Dalam memasyarakatkan paten melakukan kerjasama dengan

instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan menjalin serta

membina kerjasama dengan Badan Dunia (WIPO) dan Kantor-kantor Paten di luar negeri lainnya, misalnya  EPU, APO, USPTO,

JPO, AIPO, dll.

Pelaksanaan sistim paten menunjukkan perkembangan yang cukup

baik, dan pengelolaan Aplikasi Paten di KPI (Kantor Paten

Indonesia) langsung dengan Otomasi Kantor (Computerized

System) bahkan sejak tahun anggaran 1991/1992 KPI mempunyai

program komputerisasi dengan mewujudkan proyek MIS, hingga

sekarang.

Paten adalah hak khusus yang diberikan oleh negara kepada

penemu dibidang teknologi baik untuk proses maupun produk

serta melaksanakan penemuan tersebut dalam jangka waktu

tertentu.

Paten diberikan atas penemuan dibidang teknologi yang

memenuhi 3 persyaratan substantif:

² Penemuan harus baru (novelty)

² Penemuan harus  mengandung langkah-langkah inventive

(inventif stip)

² Penemuan harus dapat diproduksi (industrial aplicable)

Dalam jangka waktu tertentu paten harus  dilaksanakan dalam

wilayah RI.

Paten yang disetujui akan dipublikasikan melalui publikasi B yang

dimuat dalam berita resmi paten.

Publikasi-publikasi ilmiah baik berbentuk buku, brosur, journal

maupun dalam bentuk lainnya berasal dari dokumen paten yang

kemudian dijabarkan dalam betuk basaha dan cara yangmudah

dipahami dan populer oleh halayak ramai.

Untuk keperluan penelusuran dokumen paten dalam rangka

pemeriksaan subtantif kantor paten mempunyai koleksi berbentuk

CD-ROM, Microfelm, Microhece dan kertas.v Unit Pelayan Teknis (UPT)

UPT adalah unit yang melaksanakan pelayanan jasa pembinaan

kepada pihak ke-3, untuk meningkatkan nilai tambah, mutu

produksi atau mutu manajemen para pengusaha/pengrajin industri

kecil.

Pelayanan jasa pembinaan adalah kegiatan UPT dalam rangka

melaksanakan tugas untuk memenuhi permintaan layanan jasa

dari masyarakat dengan menggunakan sarana/prasarana UPT

dalam rangka meningkatkan nilai tambah, mutu produksi dan

manajemen.

² Satuan kerja UPT, terdiri dari:

Í Kepala UPT

Í Sekretaris UPT

Í Bendahara

Í Bidang Teknologi

Í Bidang Penyuluhan

Í Bidang Personil.

v Bidang Teknologi

Bidang teknologi mempunyai tugas membantu kepala UPT dalam

memberikan pelayanan jasa pembinaan kepada pihak ke-3 dengan

menggunakan mesin peralatan dan sarana lainnya yang meliputi:

² Menyusun rencana kerja dan rencana jasa pelayanan jasa

pembinaan sesuai dengan permintaan pihak ke-3.

² Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan permintaan pihak ke-3.

² Memelihara dan merawat mesin/peralatan dan sarana UPT.

² Mengadakan percobaan-percobaan dalam rangka

pengembangan teknologi yang meliputi mesin/peralatan dan

diversifikasi produk.

² Membimbing pihak ke-3 yang magang maupun kerja praktek

di UPT.v Tata Cara Pelayanan

Biaya pelayanan jasa pembinaan dibebankan kepada pihak ke-3

berdasarkan tarif yang telah disetujui bersama antara kepala UPT

dan pihak ke-3.

Pihak ke-3 yang memerlukan pelayanan jasa pembinaan

mengajukan permintaan pelayanan jasa kepala UPT.

Rencana kerja dan perhitungan biaya dipersipakan oleh bidang

teknologi. Rencana kerja dan biaya pelayanan jasa yang

sepakati/disetujui bersama dituangkan dalam surat pesanan/surat

kontrak dengan ketentuan sebagai berikut :

² Nilai dibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) digunakan

surat pesanan pelayana jasa diketahui/disetujui oleh UPT.

² Nilai diatas Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) s/d Rp.

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) digunakan surat

kontrak/perjanjian pelayanan jasa pembinaan, diketahui oleh

Ka. Kandep setempat.

² Nilai diatas Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) digunakan

surat perjanjian/kontrak kerjasama pembinaan, diketahui Ka.

Kanwil setempat.